Minggu, 18 April 2010

syair kematian berdarah

Bintang-bintang telah menghilang
Bulan pun hilang dari pandangan
Surya sudah tak bercahaya
Bumi telah menjadi misteri
Irama syurga telah menggema
Berkuasa, bertahta, dan
bersinggasana
Malaikat datang membawa amanat
Membabad jasad-jasad penuh
maksiat
Nyawa-nyawa telah tiada
Telah hilang dalam nirwana
Jiwa-jiwa yang musnah
raga yang ditinggal penuh darah
dan nanah
Bukan cerita narasi apalagi deskripsi
Juga bukan mimpi yang perlu
diilhami
Ini hanyalah syair kematian
Yang selalu akan menakutkan

Sabtu, 17 April 2010

mengenal diri dari serat asmaralaya

Dalam budaya Jawa banyak serat
yang diciptakan oleh nenek moyang
kita. Salah satunya adalah Serat
Asmaralaya. Jika kita mempelajari
serat Asmaralaya tersebut, maka
kita akan mengetahui dunung kita
pribadi.
Dalam sebuah hadist di ajaran Islam
disebutkan “Barangsiapa yang
mengetahui dirinya sendiri, maka ia
akan tahu Tuhannya ”. Nah, kalau
Anda ingin mengetahui diri Anda
pribadi, tidak ada salahnya belajar
pada Serat Asmaralaya. Serat
Asmaralaya tersebut antara lain
berbunyi:
Ana wiku medhar ananing hyang
agung
kang nglimputi dhiri
wayangan nya dumumung neng
netranira
bunder nguwung lir sunaring surya
nrawung
aran nur muhammad
weneh muwus jatining kang
murbeng idhup
yaiku pramana
kang misesa ing sakalir
dumuning neng utyaka guruloka
iya iku tembung arab baitul makmur
Ada Orang Bijak menjelaskan
adanya Hyang Agung
Yang menyelimuti diri
Gambarannya ada pada Matamu
sendiri
Bentuknya bundar memancarkan
sinar surya yang menerawang
Yang dijuluki Nur Muhammad
Memberikan kesejatian dalam hidup
Yaitu pramana
Yang menguasai segalanya
Letaknya ada di guruloka
Yaitu bahasa Arabnya baitul
makmur
Tandane kang nyata
aneng gebyaring pangeksi
lwih waspada wruh gumlaring alam
donya
mung pramana kang bisa nuntun
marang swarga
ana rupa kadya rupanta priyangga
kang akonus saking kamungsangta
wus
saplak nora siwah
amung mawa caya putih
yaiku aran mayangga seta
Tandanya yang nyata
Ada dalam gebyar angan-angan
Lebih waspada tahu gumelarnya
alam dunia
Hanya pramana yang bisa
menuntun ke Surga
Ada bentuk rupa seperti rupa orang
Yang mengaku dari prasangka
Yang tidak berbeda satu dengan
lainnya
Hanya lewat cahaya putih
Yang disebut Mayangga Seta
ana cahya seta prapta geng sabda
iya iku nur muhammad kang
satuhu
cahya maya maya
jumeneng munggwing unggyaning
tuntung driya anartani triloka
baitul makmur baitul mukharam
tetelu
ing baitul muqadas
Ada cahaya putih seperti SabdaNya
Iya itu Nur Muhammad yang sejati
Cahaya maya-maya (samar-samar)
Terletak umpama tingkatan
Dalam indera yang disebut triloka
(tiga tempat)
Baitul makmur baitul mukharam
ketiga
Di baitul muqadas
sumanar prapteng pangeksi
liyepena katon ponang cahya maya
anarawung warna warna wor
dumunung
nuksmeng cahya kang sajati
ingkang padhang gumilang tanpa
wayangan
langgeng nguwung angebeki
buwana gung
mulih purwanira
Bersinar tanpa henti
Gambarannya tampak mirip cahaya
maya
Berbaur warna-warna yang ada
Dengan cahaya yang sejati
Yang terang benderan tanpa
halangan
Langgeng memenuhi buwana yang
agung
Terhadap dirimu
duk durung tumurun maring
ngarcapada awarna warana raga
cahyanipun gumilang gilang
nelawung
tanpa wewayangan
nelahi sesining bumi
gya tumurun dadya manungsa
Ketika belum turun
Ke alam dunia berbentuk raga
Cahayanya penuh gebyar
Tanpa halangan
Memenuhi seisi bumi
Akhirnya segera turun menjadi
manusia
marma temtu yen prapta antareng
layu
ana cahya prapta
gumilang pindhah angganing
tirta munggwing ron lumbu amaya
maya
dyan puniku ciptanen dadya
sawujud
lawan sabdanira
kang sinedyan samadyaning
ngen ngenta yekti waluya sampurna
mulya wangsul mring salira
numuhun
Tentu saja ketika sudah waktunya
Ada cahaya
Bersinar berpindah warna
Air seperti berbentuk samar-samar
Yaitu cipta yang menjadi satu wujud
Dengan sabda mu sendiri
Yang langsung terjadi
Yang diangan-angankan pasti terjadi
sempurna
Mulia kembali pada dirimu sendiri
sabda gaib babar
bali angebaki bumi
tribuwana kebak bangkit megat
nyawa
Sabda gaib kembali digelar
Kembali memenuhi bumi
Tribuwana penuh bangkit
memisahkan nyawa
Serat asmalaya adalah salah satu
serat Jawa yang berbentuk suluk
atau piwulang, berisikan ajaran suci
berdasarkan ajaran Islam yang
dipadukan dengan ajaran kejawen.
Lebih dari itu, serat ini adalah hasil
pemikiran dan perenungan nenek
moyang kita. Serat ini penuh
dengan pesan moral yang
bernafaskan Islam. Ajaran yang
terkandung dalam serat ini erat
kaitannya dengan perbuatan dan
kelakuan yang merupakan cerminan
budi pekerti manusia.

mati sakjroning urip

Banyak pelajaran yang bisa kita
ambil dari pengalaman hidup, baik
itu pengalaman hidup pribadi
maupun orang lain. Orang Jawa
menyebut belajar pada pengalaman
orang lain itu sebagai "kaca
benggala". Nah, kini kita belajar pada
pengalaman dari Kanjeng Sunan
Kalijaga.
Ketika itu, Kanjeng Sunan Kalijaga
yang juga dijuluki Syech Malaka
berniat hendak pergi ke Mekkah.
Tetapi, niatnya itu akhirnya dihadang
Nabi Khidir. Nabi Khidir berpesan
hendaknya Kanjeng Sunan Kalijaga
mengurungkan niatnya untuk pergi
ke Mekkah, sebab ada hal yang lebih
penting untuk dilakukan yakni
kembali ke pulau Jawa. Kalau tidak,
maka penduduk pulau Jawa akan
kembali kafir.
Bagaimana wejangan dari Nabi
Khidir pada Kanjeng Sunan Kalijaga?
Hal itu tercetus lewat Suluk Linglung
Sunan Kalijaga. Inilah kutipan
wejangannya:
Birahi ananireku,
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah
menjadikan terwujudnya dirimu;
dengan adanya wujud dirimu
menunjukkan akan adanya Allah
dengan sesungguhnya; Allah itu
tidak mungkin ada dua apalagi tiga.
Siapa yang mengetahui asal muasal
kejadian dirinya, saya berani
memastikan bahwa orang itu tidak
akan membanggakan dirinya
sendiri.
Sipat jamal ta puniku,
ingkang kinen angarani,
pepakane ana ika,
akon ngarani puniki,
iya Allah angandika,
mring Muhammad kang kekasih.
Ada pun sifat jamal (sifat terpuji/
bagus) itu ialah, sifat yang selalu
berusaha menyebutkan, bahwa
pada dasarnya adanya dirinya,
karena ada yang mewujudkan
adanya. Demikianlah yang
difirmankan Allah kepada Nabi
Muhammad yang menjadi Kekasih-
Nya
Yen tanana sira iku,
ingsun tanana ngarani,
mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun
iya sira,
aranira aran mami
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak
dikenal/disebut-sebut; Hanya
dengan sebab ada kamulah yang
menyebutkan keberadaan-Ku;
Sehingga kelihatan seolah-olah satu
dengan dirimu. Adanya AKU, Allah,
menjadikan dirimu. Wujudmu
menunjukkan adanya Dzatku
Tauhid hidayat sireku,
tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,
uga donya uga akhir,
ya rumangsana pangeran,
ya Allah ana nireki.
Tauhid hidayah yang sudah ada
padamu, menyatu dengan Tuhan.
Menyatu dengan Allah, baik di dunia
maupun di akherat. Dan kamu
merasa bahwa Allah itu ada dalam
dirimu
Ruh idhofi neng sireku,
makrifat ya den arani,
uripe ingaranan Syahdat,
urip tunggil jroning urip sujud rukuk
pangasonya,
rukuk pamore Hyang Widhi
Ruh idhofi ada dalam dirimu.
Makrifat sebutannya. Hidupnya
disebut Syahadat (kesaksian), hidup
tunggal dalam hidup. Sujud rukuk
sebagai penghiasnya. Rukuk berarti
dekat dengan Tuhan pilihan.
Sekarat tananamu nyamur,
ja melu yen sira wedi,
lan ja melu-melu Allah,
iku aran sakaratil,
ruh idhofi mati tannana,
urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai
menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi
padamu. Jangan takut menghadapi
sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan
takut menjelang pertemuanmu
dengan Allah. Perasaan takut itulah
yang disebut dengan sekarat. Ruh
idhofi tak akan mati; Hidup mati,
mati hidup
Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,
urip bae selawase,
kang mati nepsu iku,
badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,
pamore sawujud, pagene ngrasa
matiya,
Syekh Malaya (S.Kalijaga) den
padhang sira nampani,
Wahyu prapta nugraha.
mati di dalam kehidupan. Atau sama
dengan hidup dalam kematian. Ialah
hidup abadi. Yang mati itu nafsunya.
Lahiriah badan yang menjalani mati.
Tertimpa pada jasad yang
sebenarnya. Kenyataannya satu
wujud. Raga sirna, sukma mukhsa.
Jelasnya mengalami kematian! Syeh
Malaya (S.Kalijaga), terimalah hal ini
sebagai ajaranku dengan hatimu
yang lapang. Anugerah berupa
wahyu akan datang padamu.
Dari wejangan tersebut kita bisa
lebih mengenal GUSTI ALLAH dan
seharusnya manusia tidak takut
untuk menghadapi kematian.
Disamping itu juga terdapat
wejangan tentang bagaimana
seharusnya semedi yang disebut
"mati sajroning ngahurip" dan
bagaimana dalam menjalani
kehidupan di dunia ini.

Jumat, 16 April 2010

mengenal rasa

Banyak
orang yang bertanya, mengapa
dalam mempelajari Agama
mesti harus mengenal Rasa ?
Memang kalau hanya sampai
pada tingkat Syariat, bab rasa
tidak pernah dibicarakan atau
disinggung. Tetapi pada
tingkat Tarekat keatas bab
rasa ini mulai disinggung.
Karena bila belajar ilmu
Agama itu berarti mulai
mengenal siapa Sang Percipta
itu.
Karena ALLAH maha GHOIB
maka dalam mengenal hal
GHOIB kita wajib mengaji
rasa.
Jadi jelas berbeda dengan
tingkat syariat yang memang
mengaji telinga dan mulut
saja.Dan mereka hanya yakin
akan hasil kerja panca
inderanya.Bukan Batin!
Bab rasa dapat dibagi dalam
beberapa golongan .Yaitu :
RASA TUNGGAL, SEJATINYA
RASA, RASA SEJATI, RASA
TUNGGAL JATI.
Mengaji Rasa sangat
diperlukan dalam mengenal
GHOIB.Karena hanya dengan
mengaji rasa yang dimiliki
oleh batin itulah maka kita
akan mengenal dalam arti
yang sebenarnya,apa itu
GHOIB.
1. RASA TUNGGAL
Yang empunya Rasa Tunggal
ini ialah jasad/jasmani. Yaitu
rasa lelah, lemah dan capai.
Kalau Rasa lapar dan haus itu
bukan milik jasmani melainkan
milik nafsu.
Mengapa jasmani memiliki
rasa Tunggal ini. Karena
sesungguhnya dalam jasmani/
jasad ada penguasanya/
penunggunya. Orang tentu
mengenal nama QODHAM atau
ALIF LAM ALIF. Itulah
sebabnya maka didalam AL
QUR ’AN, ALLAH
memerintahkan agar kita mau
merawat jasad/jasmani. Kalau
perlu, kita harus menanyakan
kepada orang yang ahli/
mengerti. Selain merawatnya
agar tidak terkena penyakit
jasmani, kita pun harus
merawatnya agar tidak
menjadi korban karena ulah
hawa nafsu maka jasad
kedinginan, kepanasan ataupun
masuk angin.
Bila soal-soal ini kita
perhatikan dengan sungguh-
sungguh, niscaya jasad kita
juga tahu terima kasih. Kalau
dia kita perlakukan dengan
baik, maka kebaikan kita pun
akan dibalas dengan kebaikan
pula. Karena sesungguhnya
jasad itu pakaian sementara
untuk hidup sementara dialam
fana ini. Kalau selama hidup
jasad kita rawat dengan
sungguh-sungguh (kita
bersihkan 2 x sehari/mandi,
sebelum puasa keramas,
sebelum sholat berwudhu
dulu, dan tidak menjadi korban
hawa nafsu, serta kita lindungi
dari pengaruh alam), maka
dikala hendak mati jasad yang
sudah suci itu pasti akan mau
diajak bersama-sama kembali
keasal, untuk kembali ke sang
pencipta. Seperti halnya kita
bersama-sama pada waktu
dating/lahir kealam fana ini.
Mati yang demikian dinamakan
mati Tilem (tidur) atau mati
sempurna. Pandangan yang
kita lakukan malah sebaliknya.
Mati dengan meninggalkan
jasad. Kalau jasad sampai
dikubur, maka QODHAM atau
ALIF LAM ALIF, akan
mengalami siksa kubur. Dan
kelak dihari kiamat akan
dibangkitkan.
Dalam mencari nafkah baik
lahir maupun batin, jangan
mengabaikan jasad. Jangan
melupakan waktu istirahat.
Sebab itu ALLAH ciptakan
waktu 24 jam (8 jam untuk
mencari nafkah, 8 jam untuk
beribadah, dan 8 jam untuk
beristirahat). Juga dalam hal
berpuasa, jangan sampai
mengabaikan jasad. Sebab itu
ALLAH tidak suka yang
berlebih-lebihan. Karena yang
suka berlebih-lebihan itu
adalah Dzad (angan-angan).
Karena dzad mempunyai sifat
selalu tidak merasa puas.
2. SEJATINYA RASA
Apapun yang datangnya dari
luar tubuh dan menimbulkan
adanya rasa, maka rasa itu
dinamakan sejatinya rasa. Jadi
sejatinya rasa adalah milik
panca indera:
1. MATA : Senang karena
mata dapat melihat
sesuatu yang indah atau
tidak senang bila mata
melihat hal-hal yang tidak
pada tenpatnya.
2. TELINGA : Senang karena
mendengar suara yang
merdu atau tidak senang
mendengar isu atau
fitnahan orang.
3. HIDUNG : Senang mencium
bebauan wangi/harum atau
tidak senang mencium
bebauan yang busuk.
4. KULIT : Senang kalau
bersinggungan dengan
orang yang disayang atau
tidak senang
bersunggungan dengan
orang yang nerpenyakitan.
5. LIDAH : Senang makan
atau minum yang enak-
enak atau tidak senang
memakan makanan yang
busuk.
3. RASA SEJATI
Rasa sejati akan timbul bila
terdapat rangsangan dari luar,
dan dari tubuh kita akan
mengeluarkan sesuatu. Pada
waktu keluarnya sesuatu dari
tubuh kita itu, maka timbul
Rasa Sejati. Untuk jelasnya
lagi Rasa Sejati timbul pada
waktu klimaks/pada waktu
melakukan hubungan seksual.
4. RASA TUNGGAL JATI
Rasa Tunggal Jati sering
diperoleh oleh mereka yang
sudah dapat melakukan
Meraga Sukma (keluar dari
jasad) dan Solat Dha ’im.
Beda antara Meraga Sukma dan
Sholat Dha ’im ialah :
1. Kalau Meraga Sukma jasad
masih ada.batin keluar dan
dapat pergi kemana saja.
2. Kalau Sholat Dha ’im jasad
dan batin kembali keujud
Nur dan lalu dapat pergi
kemana saja yang
dikehendaki. Juga dapat
kembali / bepergian ke
ALAM LAUHUL MAKHFUZ.
Bila kita Meraga Sukma
maupun sholat Dha ’im, mula
pertama dari ujung kaki akan
terasa seperti ada “aliran“
yang menuju ke atas /
kekepala. Pada Meraga sukma,
bila “aliran“ itu setibanya
didada akan menimbulkan rasa
ragu-ragu/khawatir atau was-
was. Bila kita ikhlas, maka
kejadian selanjutnya kita dapat
keluar dari jasad, dan yang
keluar itu ternyata masih
memiliki jasad. Memang
sesungguhnyalah, bahwa
setiap manusia itu memiliki 3
buah wadah lagi, selain jasad/
jasmani yang tampak oleh
mata lahir ini. Pada bagian lain
bab ini akan kita kupas.Kalau
sholat Dha ’im bertepatan
dengan adanya “Aliran“ dari
arah ujung kaki, maka dengan
cepat bagian tubuh kita akan
“ Menghilang“ dan kita akan
berubah menjadi seberkas Nur
sebesar biji ketumbar dibelah
7 bagian. Bercahaya bagai
sebutir berlian yang
berkilauan. Nah, rasa keluar
dari jasad atau rasa berubah
menjadi setitik Nur. Nur inilah
yang disebut sebagai Rasa
Tunggal Jati. Selain itu, baik
dalam Meraga Sukma maupun
Sholat Dha ’im. Bila hendak
bepergian kemana-mana kita
tinggal meniatkan saja maka
sudah sampai. Rasa ini juga
dapat disebut Rasa Tunggal
Jati. Sebab dalam bepergian itu
kita sudah tidak merasakan
haus, lapar, kehausan,
kedinginan dan lain
sebagainya. Bagi mereka yang
berkeinginan untuk dapat
melakukan Meraga Sukma
dianjurkan untuk sering
Tirakat/Kannat puasa.
Jadikanlah puasa itu sebagai
suatu kegemaran. Dan yang
penting juga jangan dilupakan
melakukan Dzikir gabungan
NAFI-ISBAT dan QOLBU. Dalam
sehari-hari sudah pada tahapan
lillahi ta ’ala.
Hal ini berlaku baik mereka
yang menghendaki untuk dapat
melakukan SHOLAT DHA ’IM.
Kalau Meraga Sukma
mempergunakan Nur ALLAH,
tapi bila SHOLAT DHA ’IM sudah
mempergunakan Nur ILLAHI.
Karena ada Rasa Sejati, maka
Rasa merupakan asal usul
segala sesuatu yang ada. Oleh
sebab itu bila hendak
mendalami ilmu MA ’RIFAT
Islam dianjurkan untuk selalu
bertindak berdasarkan rasa.
Artinya jangan membenci,
jangan menaruh dendam,
jangan iri, jangan sirik, jangan
bertindak sembrono, jangan
bertindak kasar terhadap
sesame manusia, dll. Sebab
dihadapan Tuhan Yang Maha
Kuasa, kita ini semua sama ,
karena masing-masing
memiliki rasa. Rasa merupakan
lingkaran penghubung antara
etika pergaulan antar manusia,
juga sebagai lingkaran
penghubung pergaulan umat
dengan Penciptanya. Rasa
Tunggal jati ini mempunyai arti
dan makna yang luas. Karena
bagai hidup itu sendiri. Apapun
yang hidup mempunyai arti.
Dan apapun yang mempunyai
arti itu hidup. Sama halnya
apapun yang hidup mempunyai
Rasa. Dan apapun yang
mempunyai Rasa itu Hidup.
Dengan penjelasan ini, maka
dapat diambil kesimpilan
bahwa yang mendiami Rasa itu
adalah Hidup. Dan Hidup itu
sendiri ialah Sang Pencipta/
ALLAH. Padahal kita semua ini
umat yang hidup. Jadi sama
ada Penciptanya. Oleh sebab
itu, umat manusia harus saling
menghormati, tidak saling
merugikan, bahkan harus
saling tolong menolang dll.
Dan hal ini sesuai dalam firman
ALLAH : “HAI MANUSIA!
MASUKLAH KALIAN DALAM
PERDAMAIAN, JANGAN
BERPECAH BELAH MENGIKUTI
LANGKAH SYAITAN,
SESUNGGUHNYA SYAITAN ITU
MUSUHMU YANG NYATA ”

kidung tangise bumi

Bumine nangis, Eluhe lumpur
agawe giris
Bumine nesu watuk-watuk
ndadekake lindhu
Bumi wis tuwa jare kiyamat
wis arep teka
Iki pratandha bendune sing
Maha Kuwasa.
Bumine sambat gununge
gundhul alase dibabat
Bumi lara ati banjir bandhang
anggegirisi
Ujare wong pinter alas sing
subur minangka pager
Pagering bumi murih alam
tetep lestari.
Aduh Gusti kula nyuwun
pangapura
Kula niki sampun kathah dosa
Aduh Gusti Ingkang Maha
Kuasa
Nyuwun luwar saking godha
pangrencana.
Pra sedulur Tunggal Nusa
Tunggal Bangsa
Aja conkrah lan aja sulaya
Bareng urip golek dalan
padhang
Sujud sukur wonten ngarsane
Pangeran.
Kidung ati pangruwat Bangsa
sak Nagari
Mangga ndedonga dahuru
inggala sirna
Cancut gumregut bebarengan
mbangun Praja
Lestarekna alam murih bumine
ora murka.

ojo sok gedhe rumangsa

RUBES LAN NGENES IKU
GINAWE DEWE
MULA AJA SOK NGGEDE
RUMANGSA
Utang
lan mutangake iku bisa uyuda
marang katentreman, yen
entuk utang lega atine
sanalika rumangsa ditulung
yen bisa ngutangi sanalika
bungah tetulung, nanging
batine golek untung mbuh apa
kang bakal dinunung.
Manungsa yen arep tentrem,
yen bisa aja utang lan
ngutangake, marga yen arep
ngutangake iku ing batin wis
duwe was-was, wis digagas-
gagas kongsi memet-njlimet,
wasana kedadiyane ditulungi
ora wurung dadi komet, iku
bisa ora slamet. Sang saya
suwe dadi padu, loro-lorone
pada nesu, malah-malah dadi
satru, iku anyudakake rahayu.
Yen wong kang utang iku ora
bisa netepi janji, iku banjur
kurang pangaji, marga
nyulayani janji, nuli kawistara
yen ora duwe pengaji. Mula
iku kudu tepa slira, rikala
semana kelara-lara, ana
manungsa utama kang paring
tetulung, nanging aja males
mbingung, malah-malah males
mentung, iku tindake wong
pengung akeh-akeh manungsa
kang sungsang-sungsang iku
aran tiyang iku senenge yen
mung oleh utang, ora ketang
dol wirang meksa nyandak
utang, ing batin yen liwat arep
timpang, iku ing tembe ora
kinasih ing tiyang, wusana
kesurang-surang.
Mula aja pada jejuluk tiyang
(saka) kang tansah luru
momotan, iku ing tembe
burine abote disangga dewe.
Elinga yen manungsa iku kang
den arani papak nanging ora
pada, iku pada nduweni wadah
raja kaya (kedonyan) dewe,
wis ana takere miturut gede
lan cilike pepancen, dene pada
diupaya niku mung reka daya
kepiye murih bisa ayen
tentrem. Mangertiya yen ora
dipangan uler, utawa penyakit,
dene yen dilemoni kanti
dirumat kang becik-becik, iku
ya isih jeneng lobor kang
subur. Mula itungan wong kuna
iku mbanjur ana paribasan
babat, bibit, bobot, bebet.
Babat-bibite, iku wis ora kena
diselaki, dene kasunyatane
wong dadi lurah iku jare sok
ketiban pulung, iku yen
digagapi ya isih babat-bibite
wong lurah (pemimpin).
Saiki yen digagas saupama,
kita iki dadi Kepala Kantor
kabeh, utawa dadi Presiden
kabeh, sapa kang bakal
diprentah ? lan sapa kang bakal
nandur utawa macul ? Saupama
dadi kuli utawa tani kabeh, iku
sapa kang arep dijaluki
paeguh ? Mula bocah-bocah
kabeh sinaua pegaweyan kang
warna-warna wiwit kasar
kongsi temekane alus. Sebab
saiki jaman maju nanging ora
kena yen mung ngarep-arep
saka pucuking potlot bae iku
bisa kapitunan gede. Mara
digalih yen rakyat pada didi
Kepala kantor kabeh, apa
peprintahan bisa lumaku ? Mula
iku ana babat lan bibit-bibite.
Dene yen bibit lobor iku kurang
trima nglunja-lunja supaya dadi
lubis, iku dadine ngiwa utawa
nyimpang saka patokan, ika
banjur nggege (kasusu)
mangsa, iku ing tembe mesti
gela (kecuwan).
Dene manungsa ana kang dadi
pangkat harkat drajat iku bisa
uga ana babat lan bibite,
turunan darahe (brayate) wong
adi, mula kasebute Rahaden,
mula kasebut Priya-priyayi Roh
kang Edi, iku kang natuk
supangate para Ratu kang
ngrungkebi tanah wutahe,
kang makmur apa kang
tinandur bisa tukul kanti subur.
Dek jaman pecahe perang
Kanjeng Pangeran Diponegara
iku ora beda karo jaman
pangungsen kang kita lakoni
para Tumenggung, Bupati lan
Pahlawan-pahlawan pada salin
aran saemper wong tani,
kongsi turun-tumurun, dadi
kepetengan obor persasat wil
ilang larine, nanging isih ana
harkate. Bareng sungsang
buwana balik timbul kayu jati
pada mati, wit jarak pada
meratak iku gambare saiki
akeh putra lurah dadi Bupati lan
kepala Compi, pada nyontoni
bakti lan Ibu Pertiwi, kesenian
asli Pribumi pada ditetangi,
ngasih-asih murih kinasih ing
embah buyut kita dek jaman
kuna ya turunan pembela
Kanjeng Pangeran Diponegara.
Mula iku ana babat bibit, woh
kang kebanjiran anyut keplaut,
saiki lagi bae arep pada tukul
wiji kang apik. Mula yen
kemeren marang kabegjan
liyan, iku bisa dadi
kasengsaran, mbanjur nyandak
utang, utawa ngutangake iku
marakake dadi rubes ngenes.
Dene yen pancen niyat
tetulung yen ngutangake aja
ditagih, mengko yen pancen
watak Priya-satriya, rak hiya
dijujugake yen wis ana.
PEPENGET : sing sapa wis oleh
petulunganing liyan, kudu
diwales kang kanti gawe
seneng, wis wajibe yen nyilih
kudu ngulihake kanti apik-apik
amrih ora gawe serik, supaya
ora gawe rubes lan ngenes,
iku saka tindake dewe kang
ginawe.
Sumber : Buku We Yoga Dhi
(ayo pada diudi, yen digugu
dadi Yoga kang Adhi).

tata cara ngelmu sangkan paran

“Ingsun tojalining Dzat Kang
Maha Suci, Kang murba
amasesa, Kang kuwasa
Angandika Kun Fayakun mandi
sakucapingsun, dadi
saksiptaningsun, katurutan
sakarsaningsun, kasembadan
saksedyaningsun karana saka
Kodratingsun. Ingsun Dzating
manungsa sejati, saiki eling
besuk ya eling. Saningmaya
araning Muhamad , Sirkumaya
araningsun, Sir Dzat dadi sak
sirku, yaiku sejatining
manungsa, urip tan kena ing
pati,langgeng tan keno owah
gingsir ing kahanan jati, ing
donya tumeka jagad langgeng.
Ingsun mertobat lan nalangsa
marang Dzat ingsun dewe,
regede badaningsun, gorohe
atiningsun, laline uripingsun,
salahe panggaweningsun, ing
salawas lawase dosaningsun
kabeh sampurna saka
kodratingsun.”
“Ilmu iku kalakone kanthi laku”:
ilmu itu terlaksana karena dilakukan
di dalam perbuatan yang nyata.
Dalam konteks khasanah falsafah
Jawa, kata “ngelmu” menunjuk
pada ajaran hidup menuju
kesempurnaan diri pribadi. Ajaran
itu teori dan teori tidak akan
membawa manfaat apa-apa bila
tidak dipkraktekkan dalam hidup
sehari-hari.
Di dalam sebuah ajaran ada
perintah dan larangannya. Tujuan
perintah larangan adalah untuk
mendisiplinkan diri agar diri yang
sebelumnya “liar” menjadi “jinak”,
diri yang sebelumnya
memperturutkan keinginan “diri”/
ego/keakuan menjadi diri yang
bisa menurut dengan diri-Nya/
Ego-Nya.
Kenapa diri ini harus manut
dengan keinginan atau kehendak-
Nya? Ada sebuah analogi yang
gampang dicerna. Misalnya,
sebuah mobil BMW diciptakan dan
diproduksi oleh pabrik BMW di
Jerman. Pabrik sudah
mengeluarkan petunjuk
penggunaan, aturan perintah dan
larangan.
Pabrik tidak asl bikin petunjuk
penggunaan. Sang insinyurnya
sudah memiliki prediksi agar
mesin dan bodi mobil itu awet,
maka oli harus dignti saat mobil
sudah mencapai sekian kilometer.
Insinyur juga memiliki prediksi
bahwa usia efektif mobil tersebut
sekian tahun. Hingga mencapai
batas usia tertentu, maka mobil
akan digolongkan istimewa dan
menjadi barang antik.
Begitu pula manusia. Manusia
diciptakan oleh Tuhan dan Sang
Insinyur Manusia ini sudah
mengeluarkan buku panduan
lengkap, tata cara hidup dan
berkelakuan agar dipedomani
sebagai arahan hidup mulai o
tahun hingga semilyar tahun
mendatang.
Beda dengan benda yang “ada”nya
begitu sederhana. “Adanya”
manusia ini sungguh luar biasa.
Manusia diberikan kebijaksanaan
untuk menentukan masa
depannya sendiri sebelum dia
dilahirkan di dunia. Manusia diberi
kekuasaan-Nya untuk merancang
sendiri dia nantinya akan jadi apa,
akan kemana, apa tujuan
hidupnya. Ya, karena Tuhan Maha
Pemurah, maka manusia dijinkan
menjadi insinyur yang bebas
merancang dirinya sendiri.
Ruh yang merupakan “manusia
sejati” dan “sejatinya manusia” itu,
sebelum ada di dunia telah
merancang dirinya sendiri dengan
menulis di buku kitabnya masing-
masing. Tuhan hanya
memberikan kata “ACC” dan
membubuhkan “stempel” saja.
Tuhan pun menekankan bahwa
yang berlaku nanti di bumi adalah
hukum sebab akibat. Hukum
karma, sunatullah atau disebut
juga dengan hukum alam.
Jadi, salah bila dikatakan bahwa
adanya sial, bencana, bahaya,
ketidaksuksesan hidup itu karena
Tuhan. Tuhan tidak cawe-cawe
sama sekali. Itu murni urusan
manusia yang tidak paham dan
malah mungkin melanggar
pantangan hukum sebab akibat.
Keberhasilan dan kesuksesan
adalah akibat dari sebuah sebab.
Sebab keberhasilan/kesuksesan
adalah kerja keras. Untuk bekerja
keras butuh motivasi kerja yang
tinggi dan niat yang teguh. Tubuh/
Raga yang rajin bergerak mencari
rezeki yang halal, asalnya adalah
jiwa/batin yang tenang, nyaman
dan bahagia.
Kembali ke tema awal. Apa saja
tata cara ngelmu sangkan paran?
Di dalam khasanah Kejawen,
dalam buku “Cipta Brata
Manunggal” karangan Ki
Brotokesawa disebutkan laku yang
perlu dijalani:
1. Sabar, tawakal, tekun, dan
nrimo
2. Jaga kebersihan lahir batin
3. Olah raga
4. Olah nafas
5. Berpakaian yang pantas dan
bersih.
7. Olah cipta, banyak membaca
dan menggali ilmu
pengetahuan
8. Bekerja rajin
9. Sore hari belajar untuk
tambahan pengetahuan
10. Makan teratur dan higienis.
11. Minum air putih dingin pagi,
siang, malam
13. Istirahat selama 6 atau 8
jam sehari semalam.
14. Perasaan dan pikiran
terarah.
16. Tidak terlalu banyak bicara.
Tidak bicara kotor dan
berbicara seperlunya. Bila akan
tidur hendaklah instropeksi diri
sambil berdoa sebagaimana
yang tertera di kalimat
pembuka.
Dalam buku “Cipta Brata
Manunggal” juga dipaparkan
proses tingkat-tingkat manembah/
sembah kepada Gusti. Berikut
tingkatan itu:
A. SEMBAH RAGA yaitu tapaning
badan jasad kita. Tubuh, jasad
bergerak atas perintah batin. Batin
diperintah oleh dua unsur, baik
(nur Ilhiah) dan buruk (nar Iblis).
Agar tubuh disiplin, terarah dan
terkendali maka perlu dilatih.
Tingkatnya adalah syariat. Tubuh
tetap melakukan disiplin ibadah.
B. SEMBAHING CIPTA, di Islam
dinamai Tarekat, sembahnya hati
yang luhur. Untuk mencapai hati
luhur perlu kesadaran nalar (logika)
. Diperlukan olah nalar yang bagus
sesuai dengan prinsip-prinsip
logika. Tujuan sembah cipta
adalah mengerti akan
“ kasunyatan”. Ilmu pengetahuan
harus dikuasai agar memiliki
perbandingan baik dan buruk.
Kebijaksanaan akan lahir bila kita
mampu menekan dan
mengendalikan hawa nafsu.
Memahami Ilmu Ketuhanan
diperlukan syarat berupa cipta
yang bersih dari hawa nafsu dan
olah nalar yang mumpuni. Ilmu
Ketuhanan adalah ilmu yang
“ sangat halus” yang bisa ditangkap
dengan kegigihan memperhalus
batin dan mentaati prinsip-prinsip
berpikir yang lurus.
Tujuan dari sembah cipta itu
mengendalikan dua macam sifat:
angkara( yang menimbulkan
watak adigang, adigung, adiguna,
kumingsun dsb.) dan watak
keinginan mengusai akan
kepunyaan orang lain (kemelikan-
jw). Cipta yang bersih yaitu kalau
sudah bisa mengendalikan angkara
murka, Tandanya bila cipta sudah
“ manembah”, yaitu waspada
terhadap bisikan jiwa.
Jadi sembah itu intinya melatih
cara kerja cipta, dengan cara Tata,
Titi, Ngati ati, Telaten, dan Atul.
Atul adalah pembiasaan diri agar
mendarah daging menjadi
kebiasaan dan watak yang
akhirnya terbiasa mengetahui
sejatinya penglihatan (sejatine
tingal) yaitu Pramana, bisa
dikatakan sampai kepada jalan
sejati, yaitu penglihatan pramana
(tingal pramana).
Tanda sudah sempurna sembah
cipta adalah berda di dalam kondisi
kejiwaan sepi dari pamrih apapun.
Seperti tidak ingat apapun itu
pertanda sudah sampai batas,
yaitu batas antara tipuan dan
kenyataan (kacidran lan
kasunyatan – jw), jadi sudah ganti
jaman, dari jaman tipuan menjadi
jaman kenyataan.
Rasa badan ketiga (saka
penggorohan maring kasunyatan
Rasaning badan tetelu), wadag
astral dan mental tadi seketika tidak
bekerja. Disitulah lupa, tetapi masih
dikuati oleh kesadaran jiwa
(elinging jiwa), dan waktu itu
menjadi eneng, ening, dan eling.
Artinya eneng: diamnya raga,
Ening : heningnya cipta, Eling:
ingatnya budi rasa yang sejati.
C. SEMBAH JIWA. di Islam
dinamai Hakekat. Kalau sudah bisa
melaksanakan sembah cipta baru
bisa melaksanakan sembah jiwa.
Artinya: rasakan dengan
menggunakan rasa “kasukman”
yang bisa ditemui dalam eneng,
ening dan eling tadi. Tandanya
adalah semua sembah, panembah
batin yang tulus tidak tercampuri
oleh rasa lahir sama sekali.
Bila sudah melihat cahaya yang
terang tanpa bisa dibayangkan
tetapi tidak silau, pertanda telah
sampai kepada kekuasaan
“ kasunyatan”(kesejatian), yang
juga disebut Nur Muhamad, yaitu
tiada lain Cahaya Pramana sendiri,
karena dinamai pramana karena
cahayanya yang saling bertautan
dengan rasa sejati dan budi, disitu
rasa jati dan budi akan berkuasa
(jumeneng), sudah sampai kepada
kebijaksanaan. Artinya
kebijaksanaan merasa sampai
mengerti yang melakukan semadi
tadi, saling berkaitan tak
terpisahkan dengan cahaya yang
terang benderang yang tidak bisa
dibayangkan.
D. SEMBAH RASA, di Islam
dinamai Makrifat. Sembah rasa itu
adalah mengalami Rasa Sejati.
Inilah rasa manusia yang paling
halus, tempat semua rasa dan
perasaan dan bisa merasakan
perlunya menjadi manusia yang
berbudi luhur dan menyadari
bahwa dia adalah pribadi yang
merupakan Wakil-Nya. Bahkan
pada tahap akhir pemahaman
makrifat, dia akan “menjadi” Tuhan
itu sendiri (Gusti amor ing Kawulo)
. Rasa hidup adalah rasa Tuhan,
rasa Ada, ya diri pribadi, bersatu
tanpa batas dengan rasa semua
ciptaan Nya. Tanda bila sudah
mencapai kasunyatan, sudah
hilang ilah-ilah yang lain hingga
sampai mencapai TAUHID MURNI.

macam ilmu kejawen

Macam ilmu Islam Kejawen
Sebelum membahas Ilmu Gaib
Aliran Islam Kejawen, kita akan
memperjelas dulu pengertian Ilmu
Gaib
yang kita pakai sebagai istilah di sini.
Ilmu Gaib adalah kemampuan
melakukan sesuatu yang tidak wajar
melebihi kemampuan manusia
biasa, sering juga disebut sebagai
Ilmu Metafisika, Ilmu Supranatural
atau Ilmu Kebatinan karena
menyangkut hal-hal yang tidak
nampak oleh mata. Beberapa
kalangan
menganggap Ilmu Gaib sebagai hal
yang sakral, keramat dan terlalu
memuliakan orang yang
memilikinya, bahkan menganggap
wali atau orang suci.
Perlu diterangkan, bahwa keajaiban
atau karomah yang ada pada Wali
(orang suci kekasih Tuhan) tidak
sama dengan Ilmu Gaib yang
sedang kita pelajari. Wali tidak
pernah mengharap mempunyai
keajaiban
tersebut. Karomah itu datang atas
kehendak Allah karena mereka
adalah orang yang sangat saleh dan
rendah hati. Sementara kita adalah
orang yang meninta kepada Allah
agar melimpahakan kekuasaan-
Nya untuk keperluan kita.
Dalam hasanah perkembangan Ilmu
Gaib di Indonesia, kita mengenal dua
aliran utama yaitu Aliran
Hikmah dan Aliran Kejawen. Aliran
Hikmah berkembang di kalangan
pesantren dengan ciri khas doa/
mantra yang murni berbahasa Arab
(kebanyakan bersumber dari Al-
Quran). Sedangkan aliran Kejawen
yang ada sekarang sebetulnya
sudah tidak murni kejawen lagi,
melainkan sudah bercampur
dengan
tradisi islam. Mantranya pun
kebanyakan diawali dengan
basmalah kemudian dilanjutkan
dengan
mantra jawa. Oleh kerena itu, saya
menyebutnya Ilmu Gaib Aliran
Islam Kejawen. Tradisi islam-
kejawen inilah yang lebih banyak
mewarnai keilmuan Silat Rohani.
Aliran Islam Kejawen
Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen
bersumber dari alkulturasi
(penggabungan) budaya jawa dan
nilai-nilai
agama islam. Ciri khas aliran ini
adalah doa-doa yang diawali
basmalah dan dilanjutkan kalimat
bahasa
jawa, kemudian diakhiri dengan dua
kalimat sahadad. Aliran Islam Jawa
tumbuh syubur di desa-desa
yang kental dengan kegiatan
keagamaan (pesantren yang masih
tradisional).
Awal mula aliran ini adalah budaya
masyarakat jawa sebelum islam
datang yang memang menyukai
kegiatan mistik dan melakukan ritual
untuk mendapatkan kemampuan
suparantural. Para pengembang
ajaran islam di Pulau Jawa (Wali
Songo) tidak menolak tradisi jawa
tersebut, melainkan
memanfaatkannya sebagi senjata
dakwah.
Para Wali menyusun ilmu-ilmu Gaib
dengan tatacara lelaku yang lebih
islami, misalnya puasa, wirid
mantra bahasa campuran arab-jawa
yang intinya adalah do ’a kepada
Allah. Mungkin alasan mengapa
tidak disusun mantra yang
seluruhnya berbahasa Arab adalah
agar orang jawa tidak merasa asing
dengan ajaran-ajaran yang baru
mereka kenal.
Di Indonesia, khususnya orang
jawa, pasti mengenal Sunan Kali
Jaga (Raden Said). Beliau inilah yang
paling banyak mewarnai paham
islam-kejawen yang dianut orang-
orang jawa saat ini. Sunan Kali jaga
menjadikan kesenian dan budaya
sebagai kendaraan dakwahnya.
Salah satu kendaran Sunan Kali Jaga
dalam penyebaran ajarannya adalah
melalu tembang / kidung. Kidung-
kidung yang diciptakannya
mengandung ajaran ketuhanan dan
tasawuf yang sangat berharga.
Ajaran islam yang luwes dan
menerima berbagai perbedaan.
Bahkan Sunan Kali Jaga juga
menciptakan satu kidung “Rumeksa
Ing Wengi” yang menurut saya bisa
disebut sebagai Ilmu Gaib atau Ilmu
Supranatural, karena ternyata orang
yang mengamalkan kidung ini
memiliki berbagai kemampuan
supranatural.
Konsep Aliran Islam Kejawen
Setiap perilaku manusia akan
menimbulkan bekas pada jiwa
maupun badan seseorang. Perilaku-
perilaku tertentu yang khas akan
menimbulkan bekas yang sangat
dasyat sehingga seseorang bisa
melakukan sesuatu yang melebihi
kemampuan manusia biasa. Perilaku
tertentu ini disebut dengan
tirakat, ritual, atau olah rohani.
Tirakat bisa diartikan sebagai syarat
yang harus dipebuhi untuk
mendapatkan suatu ilmu.
Penabungan Energi. Karena setiap
perilaku akan menimbulkan bekas
pada seseorang maka ada suatu
konsep yang khas dari ilmu Gaib
Aliran Islam Jawa yaitu Penabungan
Energi. Jika bandan fisik anda
memerlukan pengisian 3 kali sehari
melalui makan agar anda tetap bisa
beraktivitas dengan baik, begitu
juga untuk memperoleh kekuatan
supranatural, Anda perlu mengisi
energi. Hanya saja dalam Ilmu Gaib
pengisian ernergi cukup dilakukan
satu kali untuk seumur hidup.
Penabungan energi ini dapat
dilakukan
dengan cara bermacam-macam
tergantung jenis ilmu yang ingin
dikuasai. Cara-cara
penabunganenergi
lazim disebut Tirakat.
Tirakat. Aliran Islam Kejawen
mengenal tirakat (syarat
mendapatkan ilmu) yang kadang
dianggap
kontroversial oleh kalangan tertentu.
Tirakat tersebut bisa berupa bacaan
doa. wirid tertentu, mantra,
pantangan, puasa atau
penggabungan dari kelima unsur
tersebut. Ada puasa yang disebut
patigeni
(tidak makan, minum, tidur dan
tidak boleh kena cahaya), nglowong,
ngebleng dan lain-lain. Biasanya
beratnya tirakat sesuai dengan
tingkat kesaktian suatu ilmu.
Seseorang harus banyak melakukan
kebajikan dan menjaga bersihnya
hati ketika sedang melakukan tirakat.
Khodam. Setiap Ilmu Gaib memiliki
khodam. Khodam adalah mahluk
ghaib yang menjadi “roh” suatu
ilmu. Khodam itu akan selalu
mengikuti pemilik ilmu. Khodam
disebut juga Qorin, ialah mahluk
ghaib
yang tidak berjenis kelamin artinya
bukan pria dan bukan wanita, tapi
juga bukan banci. Dia memang
diciptakan semacam itu oleh Allah
dan dia juga tidak berhasrat kepada
manusia. Hal ini berbeda dengan
Jin yang selain berhasrat kepada
kaum jin sendiri kadang juga ada
yang “suka” pada manusia.
Macam-macam Ilmu Aliran Islam
Kejawen
Berikut adalah klasifikasi ilmu gaib
bedasarkan fungsinya menurut
Erlangga. Mungkin orang lain
membuat klasifikasi yang berbeda
dengan klasifikasi menurut Erlangga.
Hal tersebut bukan masalah
karena memang tidak ada rumusan
baku tentang klasifikasi ilmu Gaib.
1. Ilmu Kanuragan atau Ilmu Kebal
Ilmu kanuragan adalah ilmu yang
berfungsi untuk bela diri secara
supranatural. Ilmu ini mencakup
kemampuan bertahan (kebal)
terhadap serangan dan kemampuan
untuk menyerang dengan kekuatan
yang luar biasa. Contohnya ilmu
Asma ’ Malaikat, Hizib Kekuatan
Batin, Sahadad Pamungkas dll.
2. Ilmu Kawibaan dan Ilmu
Pengasihan
Inilah ilmu supranatural yang
fungsinya mempengaruhi kejiwaan
dan perasaan orang lain. lmu
Kewibaan dimanfaatkan untuk
menambah daya kepemimpinan
dan menguatkan kata-kata yang
diucapkan. Orang yang menguasai
Ilmu Kewibawaan dengan
sempurna akan disegani masyarakat
dan
tidak satupun orang yang mampu
melawan perintahnya apalagi
berdebat. Bisa dikatakan bila Anda
memiliki ilmu ini Anda akan mudah
mempengaruhi dan membuat
orang lain nurut perintah Anda
tanpa
berpikir panjang.
Sedangkan Ilmu Pengasihan atau
ilmu pelet adalah ilmu yang
berkaitan dengan maslah cinta,
yakni
membuat hati seseorang yang Anda
tuju menjadi simpati dan sayang.
Ilmu ini banyak dimanfaatkan
pemuda untuk membuat pujaan
hati jatuh cinta padanya. Ilmu ini
juga dapat dimanfaatkan untuk
membuat lawan yang berhati keras
menjadi kawan yang mudah diajak
berunding dan memulangkan
orang yang minggat.
3. Ilmu Trawangan dan
Ngrogosukmo
Jika Anda ingin tahu banyak hal dan
bisa melihat kemana-mana tanpa
keluar rumah, maka kuasailah
ilmu trawangan. Ilmu trawangan
berfungsi untuk menajamkan mata
batin hingga dapat menangkap
isyarat yang halus, melihat jarak
jauh, tembus pandang dan lain-lain.
Sedangkan Ilmu Ngrogosukmo
adalah kelanjutan dari Ilmu
Trawagan. Dalam ilmu trawangan
hanya mata batin saja yang
berkeliaran
kemana-mana, sedangkan jika
sudah menguasai ilmu
ngrogosukmo seseorang bisa
melepaskan roh
untuk melakukan perjalanan
kemanapun dia mau. Baik Ilmu
Trawangan maupaun
Ngrogosukmo
adalah ilmu yang tergolong sulit
dipelajari karena membutuhkan
keteguhan dan kebersihan hati.
Biasanya hanya dikuasi oleh orang
yang sudah tua dan sudah tenang
jiwanya.
4. Ilmu Khodam
Seseorang disebut menguasai ilmu
khodam bila orang yang tersebut
bisa berkomunikasi secara aktif
dengan khodam yang dimiliki.
Khodam adalah makhluk
pendamping yang selalu mengikuti
tuannya
dan bersedia melakukan perintah-
perintah tuannya. Khodam
sesungguhnya berbeda dengan Jin /
Setan, meskipun sama-sama
berbadan ghaib. Khodam tidak
bernafsu dan tidak berjenis kelamin.
5. Ilmu Permainan (Atraksi)
Ada ilmu supranatural yang hanya
bisa digunakan untuk pertunjukan di
panggung. Sepintas ilmu ini
mirip dengan ilmu kanuragan
karena bisa memperlihatkan
kekebalan tubuh terhadap benda
tajam,
minyak panas dan air keras. Namun
ilmu ini tidak bisa digunakan untuk
bertaruang pada keadaan
sesungguhnya. Contoh yang sering
kita lihat adalah ilmunya para
pemain Debus.
6. Ilmu Kesehatan
Masuk dalam kelompok ini adalah
ilmu gurah (membersihkan saluran
pernafasan), Ilmu-ilmu
pengobatan, ilmu kuat seks, dan
ilmu-ilmu supranatural lain yang
berhubungan dengan fungsi
bilologis
tubuh manusia.
Tiga Cara Penurunan Ilmu Ghaib
Ada tiga hal yang menyebebkan
seseorang memiliki kemampuan
supranatural. Yaitu:
1.
Menjalankan Tirakat. Tirakat adalah
bentuk olah rohani khas jawa yang
tujuannya untuk memperoleh
energi supranatural atau tercapainya
suatu keinginan. Tirakat tersebut
bisa berupa bacaan doa, mantra,
pantangan, puasa atau gabungan
dari kelima unsur tersebut. Inilah
yang disebut belajar ilmu gaib
sesungguhnya, karena berhasi atau
tidaknya murid menjalankan tirakat
hingga menguasai ilmu,
tergantung sepenuhnya pada
dirinya sendiri. Dalam hal ini guru
hanya memberi bimbingan.
2.
Pengisian. Seseorang yang tidak
mau susah payah juga bisa
mempunyai kemampuan
supranatural,
yaitu dengan cara pengisian.
Pengisian adalah pemindahan energi
supranatural dari Guru kepada
Murid.
Dengan begitu murid langsung
memiliki kemampuan sama seperti
gurunya. Pengisian (transfer ilmu)
hanya bisa dilakukan oleh Guru
yang sudah mencapai tingkatan
spiritual yang tinggi.
3.
Warisan Keturunan. Seseorang bisa
mewarisi ilmu kakek-buyutnya yang
tidak ia kenal atau ilmu orang
yang tidak dikenal secara otomatis
tanpa belajar dan tanpa
sepengetahuannya. Maka ada yang
menyebutnya “ilmu tiban” yang
artinya datang tanpa disangka-
sangka.
Mitos Tentang Efek Samping
Beberapa orang masih menyakini
bahwa pemilik Ilmu Gaib akan
mengalami kesulitan hidup dan
mati,
susah dapat rezeki, bisa sakit jiwa
(gila), menderita saat akan mati dll.
Saya membantah mentah-mentah
argument tersebut. Bukankah
masalah rizqi dan nasib adalah Allah
SWT yang menentukan.
Memang ada banyak pemilik ilmu
gaib adalah orang yang tak punya
uang alias miskin, tapi saya yakin
itu bukan disebabkan oleh ilmunya,
melainkan karena dia malas bekerja
dan bodoh. Kebanyakan orang
yang memiliki ilmu gaib menjadi
sombong dan malas bekerja, hanya
mengharapkan orang datang
meminta pertolongannya lalu
menyelipkan beberapa lembar
rupiah ketika bersalaman. Jadi bukan
karena Ilmunya.
Sebetulnya baik buruk efek Ilmu
Gaib tergantung pemiliknya. Bisa
saja Allah menghukum dengan cara
menyulitkan rezeki, menyiksa saat
datangnya ajal atau hukuman lain
karena orang tersebut sombong
dan suka menindas orang lain
dengan ilmunya, bukankah kita
selalu dalam kekuasaan Allah.

keris dan cara merawatnya

Magic yang
keluar dari
aura keris,
banyak
orang yang
menyebutnya sebagai ilmu hipnotis
atau daya saran, bagi manusia atau
hewan dapat juga berpengaruh oleh
daya saran tersebut. Sehingga
apapun yang disugestikan oleh
seorang hipnotisur akan
mempengaruhi jalan pikirannya.
Berdasarkan ilmu perkerisan, bisa
disimpulkan, bahwa para empu
zaman dulu adalah seorang pakar
ahli bathin, sehingga mereka
mampu menciptakan sebilah keris
dengan memasukkan ilmu aji atau
postipnotis pada tiap tempaannya
sehingga serat keris itu jadi
mempunyai suatu daya magic yang
sangat besar pengaruhnya.
Berdasarkan hasil penelitian para
psikologi tersebut. Keris menjadi
suatu kepercayaan dan kebanggaan
si pemegang karena tuahnya,
bahkan dari situ pula sugesti orang
akan terpanggil. Seperti keris bisa
berwujud manusia serem, berubah
seekor naga dan lain-lain.
Konon permulaan keris terjadi di
zaman pewayangan. Dalam
prasejarah mengatakan para dewa
membuatnya untuk para manusia
bumi yang membutuhkan. Sebut
saja keluarga Bharata. Baik itu dari
kelompok Astina atau kalangan
Pandawa. Tentunya mereka harus
melalui ritual yang cukup lama
sehingga para dewa mereka kasihan
dan akhirnya memberi pusaka
tersebut.
Namun dalam perang Bharatayuda,
keris pemberian dewa banyak yang
hilang, diantaranya, Sang Yuyu
Rumpung (berbentuk lurus), Sang
Pasopati (berbentuk lurus), Sang
Bango Dolog (berluk 3), Sang
Bakung (berluk 5), Sang Balebang
(berluk 11), Sang Keracan (berluk 10)
dan masih banyak yang lainnya.
Sehingga pada zaman Majapahit
yang pertama, sang raja
memerintahkan kepada seluruh
empu sakti madraguna untuk
membuat keris yang mirip dengan
beberapa keris pembuatan para
dewa dan dengan kepandaian
mereka semua. Akhirnya terlahir
juga bentuk keris yang sangat
mumpuni sebagai pegangan para
raja zaman itu.
Sebagai pengenalan dasar, kita juga
harus tahu tentang apa yang disebut
Madya atau zaman pembuatan,
karena semua itu adalah kunci awal
untuk mengenal lebih dekat
keindahan sebuah magic keris dan
perawatannya, dan disini dibagi
menjadi 5 Madya, diantaranya :
KUNO
Sebuah pembuatan keris yang
dibikin antara tahun 125 M – 1125 M
oleh
beberapa Empu di zaman
purwacarita, beliau adalah, Empu
Hyang Ramadi, Empu Iskadi, Empu
Sugarti, Empu Mayang dan Empu
Sarpadewa.
MADYA KUNO
Sebuah pembuatan keris yang
dibikin antara tahun 1126 m – 1250
m
meliputi Kerajaan Jenggala, Kediri,
Pajajaran dan Cirebon.
Empunya adalah, Kyai Gebang, Kyai
Bayu Aji, Nini Sumbro, Empu Akas,
Empu Lung Lungan, Empu
Dewayani dan lain-lain.
MADYA PERTENGAHAN
Sebuah pembuatan keris yang bikin
dibikin antara tahun 1251 m – 1459
m meliputi kerajaan, Jenggala,
Kediri,
Tuban, Madura dan Blambangan.
Empu pada masa itu adalah, Empu
Bromo Koolali, Empu Luwuk, Empu
Sriloka, Empu Sutapasana, Empu
Kuwung dan Empu kisa.
TENGAH
Sebuah pembuatan keris yang
dibikin antara tahun 1460 M – 1613 M
meliputi kerajaan, Madiun, Demak,
Pajang dan Mataram.
Empunya adalah, Empu Tudung,
Empu Joko Supo, Empu, Empu
Lobang, Empu Looning, Empu
Kithing, Empu Warih dan Empu
Madrim.
MUDA
Sebuah pembuatan keris yang
dibikin antara tahun 1614 M hingga
para empu sakti telah tiada, meliputi
kerajaan Kertasura dan Surakarta,
empunya adalah Empu Mangun
Malelo, Empu Tarung Wongso,
Empu Hastronoyo, Empu Wiro
Sukadgo, Empu Brojo Sentiko dan
Empu Sendang Warih.
Untuk lebih mengenal jauh tentang
perkerisan, banyak cara yang harus
ditelaah, seperti saat kita
menemukan sebuah keris misalnya.
Tentunya keris itu pasti berkarat atau
berwarna kitam legam, sehingga
untuk mengecek pamor atau bentuk
keseluruhan keris jadi terhalang
akibatnya.
Nah, untuk mempermudah
membersihkan sebilah keris, baik itu
dari noda karat atau bekas luluran
minyak cobalah ikuti cara sebagai
berikut :
- Siapkan air kelapa hijau 2 buah dan
10 jeruk nipis.
- Rendamlah keris tersebut pada air
kelapa tadi. Lalu potonglah semua
jeruk nipis menjadi 4 bagian,
masukkan semua potongan jeruk
nipis ke dalam air kelapa dan biarkan
selama 24 jam lamanya.
Bila sudah mencapai waktu yang
maksimal, angkatlah keris tersebut,
biasanya keris menjadi bersih dan
mengkilat, tapi bila masih tersisa
noda pakailah sikat gigi untuk
menghilangkannya. Dan dari situ
pula kita akan bisa melihat secara
seksama keaslian bahan keris juga
pamor secara menyeluruh.
Dalam pengenalan bentuk keris,
tentunya kita harus memahami
betul
dari mana keris itu dibuat, zaman
apa dan dari kerajaan mana. Untuk
semua itu bisa kita lihat lewat bahan,
warna besi juga warna pamor,
"dimana letak rahasianya".
Setiap kerajaan zaman dulu juga
para empu yang membuatnya,
semua mempunyai perbedaan yang
mencolok, yaitu :
- Bilahan keris dengan bahan besi
berwarna keputih-putihan serta
pamornya yang mempunyai warna
putih gajih, juga bila diraba terasa
kering, maka sudah dipastikan keris
tersebut dibikin pada zaman
kerajaan Pajajaran.
- Bilahan keris dengan bahan besi
berwarna hitam kebiruan serta
pamornya yang menyerupai bentuk
rambut. Bila dipegang terasa keras
dan kuat, maka ciri seperti itu dibikin
oleh para empu kerajaan Majapahit.
-Bilahan keris dengan bahan besi
berwarna putih jelas, serta
mempunyai pamor rambut
berwarna putih gajih, bila diraba
berkesan basah dan agak lembek,
maka keris tersebut mempunyai ciri
khas berasal dari kerajaan
Blambangan.
- Bilahan keris dengan bahan besi
berwarna hitam kebiruan serta
punya pamor yang tak jelas, bila
diraba terasa basah, maka keris
dengan ciri seperti itu pasti dibikin
para empu dari kerajaan Demak.
- Bilahan keris dengan bahan besi
berwarna kebiru-biruan serta punya
pamor halus berwarna putih bersih,
bila diraba terasa kering dan padat
berisi, maka bisa dipastikan keris
tersebut yang bikinnya para empu
kerajaan Mataram.
Begitulah cerita sebilah keris, namun
sebaiknya kita juga harus
memahami tentang khasiat dari
keris
itu sendiri. Agar dikemudian hari
tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan. Cara seperti itu disebut
dengan nama MENDATA BUNYI.
Caranya juga sangat mudah
lepaskan gagang keris (telanjang)
gapitlah sepertiga bilahan keris
dengan ibu jari dan telunjuk (diapit)
dekatkan bilakan keris pada kuping
sebelah kiri. Lalu bilahan tersebut
ditingting atau dipukul dengan kuku
jari telunjuk yang kanan. Biasanya
dari pantulan itu akan terdengar
bunyi thing, gong, ngong, teng atau
gur. Dari tata cara seperti tu akan
bisa melihat karakter dari
pembawaan atau sifat keris tersebut.
Mendengung seperti suara lebah,
biasanya keris semacam itu
mempunyai pamor melengkung
atau bergelombang, nama besinya
Karang Kijang, manfaatnya pendiam
dan sabar.
Guurrr ….. warna besinya hijau
metalik, nama besinya Karindu Aji,
manfaatnya untuk kewibawaan,
cepat kaya dan posisinya baik.
Guunggg …… warna besi ungu
kebiruan, nama besinya Walulin,
manfaatnya badan sehat, dihormati
orang, mudah menyelesaikan
masalah.
Duuungg ….. warna besinya biru
bening, nama besinya Windu Aji,
manfaatnya untuk keselamatan.
Nonggg …….warna besinya kuning
kehijauan, nama besinya Walangi,
manfaatnya lancar dalam sandang
pangan, pengasihan dan bagus
untuk karier simpan pinjam.
Preng ……. warna besinya putih
kebiruan, nama besinya
Melelaruyun, manfaatnya untuk
kedigjayaan atau kekuatan.
Nong-ngong …… warna besinya
hitam legam, nama besinya Warani,
manfaatnya bisa mencapai derajat
tinggi, kaya raya dan selalu sukses
dalam menjalankan pemerintahan.
Berdengung …… warna besinya
hitam lumut, nama besinya Terate,
manfaatnya untuk pengasihan.
Tuuuunggg ……. Warna besinya
putih mentah, nama besinya
Malelagedaga, manfaatnya sabar,
dan selalu dikasihani.
Trungg …. Warna besinya putih
mentah, nama besinya Kanthot,
manfaatnya untuk ketentraman
keluarga.
Diperbarui 2 minggu yang lalu ·
Komentari · Suka
guru sejati Bagikan
Komentari
28 Maret 2010 jam 15:24 | Sunting
Catatan | Hapus
Diunggah melalui Facebook
Seluler
DALAM filosofi supranatural tentang
manusia, dikenal adanya guru sejati.
Sosok ini merupakan
pengejawantahan kekuatan gaib
yang menuntun seseorang weruh
sadurunge winarah, tahu seluk
beluk
masa depan dan segala sesuatu
yang berkait erat dengan indera
keenam.
Guru sejati tinggal di dalam jiwa. Ia
melakukan komunikasi pada saat
genting lewat perlambang. Misal,
seseorang yang akan pergi besok
pagi dari Medan ke Kisaran naik
kereta api, namun dua jam sebelum
keberangkatan malah membatalkan
tanpa sebab. Hanya gara-gara
merasa nggak enak hati atau
kehilangan minat untuk berangkat.
Ternyata kereta api yang bakal
ditumpanginya mengalami
kecelakaan. Untung, tidak jadi
berangkat.
Meski guru sejati hampir mirip
intuisi, namun pada prinsipnya lebih
tinggi dibandingkan intuisi. Intuisi,
lahir dari keterbiasaan seseorang
terhadap sebentuk persoalan.
Misal, ia seorang pedagang, karena
sudah tahu irama distribusi dan
konsumsi, maka ia mampu
menentukan dengan tepat kapan
harus keluarkan barang atau
menumpuk barang dagangan.
Guru sejati, mampu melakukan
segala sesuatu secara supranatural
dan tidak membutuhkan
keterbiasaan seperti disebut di atas.
Jika seseorang yang sudah
menemukan guru sejatinya itu
seorang paranormal, maka ia tidak
harus jadi pedagang dulu untuk
meramalkan masa depan sebuah
usaha perdagangan.
Dalam konsep ini, pandangan
umum yang menerangkan bahwa
setiap orang selalu bercermin
kepada dirinya sendiri dalam menilai
sesuatu, sama sekali sudah tidak
berlaku.
Seorang paranormal sejati, tidak
perlu jadi pemerkosa terlebih
dahulu, untuk dapat menilai
seseorang itu pelaku pemerkosa
atau bukan. Juga tidak perlu jadi
pendusta dulu, jika harus menilai
seseorang tersebut adalah penipu
atau pembunuh berdarah dingin.
Disamping menyampaikan isyarat
tentang keselamatan diri sendiri,
guru sejati juga membimbing
seseorang masuk dunia gaib roh.
Ketika seseorang menemukan guru
sejatinya, ia sudah tidak
membutuhkan tuntunan kebatinan
atau supranatural.
Karena itu dalam filosofi Jawa sudah
ditegaskan, ilmu tertinggi dalam
ilmu
gaib adalah sekti tanpo aji digdoyo
tanpo guru, sudah sakti tanpa
‘ pegangan’ – maksudnya tanpa
jimat, aji-aji, ilmu kebatinan – dan
sudah hebat tanpa berguru. Filosofi
ini, mencontohkan seseorang yang
sudah menemukan ingsun sejati,
sedulur sejati dan guru sejati.
Biasanya, orang yang sudah
menguasai filsafat tersebut adalah
mereka yang sudah memiliki
kebijaksanaan mendalam.
Penguasaan unsur gaib tubuh
tersebut tidak bisa dikaitkan dengan
karakter bawaan. Bukan berarti
seseorang yang memiliki
kebijaksanaan mendalam harus
lemah lembut atau sok baik.
Kebijaksanaan yang luas akan
tercermin pada cara berpikir dan
daya analisisnya.
Meski merupakan bentuk
pengendalian hidup manusia,
namun guru sejati tidak ada
kaitannya dengan komunitas
malaikat. Guru sejati merupakan
penggumpan gaib dari seseorang
yang melalukan olah batin.
Seseorang yang sudah berhasil
menemukan ingsun sejati dan
sedulur sejati, secara otomatis akan
memiliki daya mistis guru sejati. Ia
akan dituntun menuju hakikat
supranatural yang digelutinya.

konsep ngelmu dan lelaku

Salah satu wujud dan sifat khas
masyarakat Jawa adalah bersikap
prihatin dengan mengutamakan
lelaku. Mengutamakan lelaku disini
bertujuan untuk menuju kepada
jalan makrifat mencapai
‘Jumbuhing Kawula lan Gusti’.
Ajaran kejawen tentang thalabul ilmi
atau tentang menuntut
‘ ngelmu dan lelaku’ dapat kita
jumpai dalam ‘Serat Wedhatama’
karangan Sri Mangkunegara IV,
Pupuh II – tembang Pucung, bait
pertama yang berbunyi :
Ngelmu iku, kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas, tegase kas
nyantosani
Satya budya pangekese dur angkara
Terjemahannya :
Ilmu itu, harus diperoleh melalui
laku (belajar)
Dalam belajar niatnya harus kuat &
mantap
Sabar tawakal untuk
menghancurkan sifat angkara
murka
Jika ajaran diatas diterapkan dalam
kehidupan nyata maka
mengandung makna bahwa
untuk mencapai kesuksesan dan
kesejahteraan hidup, entah itu dalam
hal material
maupun spiritual diperlukan sebuah
dasar pondasi yang kuat dan kokoh,
kemudian harus
memahami dasar ilmu tersebut baik
secara teoritis maupun aplikatif
melalui praktik (lelaku)
dalam kehidupan riil.
Pondasi yang kuat diatas
digambarkan sebagai kekuatan jiwa
yang memiliki daya
hangngedab-edabi (dahsyat) sebagai
wujud semangat makaryo (bekerja)
untuk berusaha
memenuhi kebutuhan hidup. Selain
itu juga diimbangi dengan semangat
pengabdian
yang tulus untuk manembah artinya
menjalani aktivitas ibadah
keagamaan (hablum
minallah), lelaku spiritual & ritual
budaya.
Konsep keseimbangan tersebut juga
berlaku sebagai dasar falsafah hidup
orang jawa, Jika
orang Jawa mengenal konsep :
‘ Narimo ing Pandum’ (menerima
takdir Illahi) bukan berarti
dalam memenuhi kebutuhan hidup
cukup dengan bermalas-malasan
dan ibarat
menunggu rezeki yang turun dari
langit saja, artinya bahwa orang
Jawa pada umumnya
memiliki sikap prihatin dan etos
kerja yang kuat untuk terus
berusaha makaryo nggayuh
kamulyaning gesang ndonya
akherat.
SIKAP LAKU PRIHATIN
Sikap hidup orang Jawa yang
diwarisi dari leluhurnya terjelma
didalam lelaku dan
usahanya untuk mencapai
keselamatan dan kesejahteraan
hidup. Sikap hidup yang
demikian itu tampak dan
diwujudkan sebagai sikap ‘prihatin’,
yang intinya sikap hidup
yang sederhana tidak berfoya-foya
menghamburkan waktu & uang
atau melampiaskan
hawa nafsu untuk mendapatkan
kenikmatan semu yang sementara
saja.
Orang yang prihatin bukan berarti
selalu bersedih-sedih, tidak
menikmati hidup, senantiasa
berpuasa, bersemedi, tetapi prihatin
berarti bersikap, berpikir dan
bertindak dengan penuh
kesederhanaan, sesuai dengan
kemampuan & kompetensi masing-
masing.
Ajaran keprihatinan mengandung
unsur kesederhanaan yang
senantiasa terjelma dalam
tatanan kehidupan tradisi, budaya
dan spiritual kejawen. Dengan
prinsip keprihatinan dan
kesederhanaan tersebut setiap orang
pasti akan dapat mencapai sesuatu
yang maksimal
sesuai dengan tolok ukur dan
kemampuan masing-masing
pribadi, tidak dengan tolok
ukur orang lain terutama untuk
sesuatu yang sifatnya berlebihan
dibandingkan dengan
kemampuan pribadinya. Sikap laku
prihatin diatas sejalan dengan sikap
yang selalu
bersyukur dan ikhlas menerima
setiap karunia Illahi.
Ajaran tentang lelaku dan ngelmu
kejawen juga menunjukkan konsep
kesederhanaan
dalam berpikir dan berbuat, intinya
sebaiknya kita tidak memimpikan
menggapai bintang
dilangit, tetapi hendaknya meraih
saja apa yang mampu kita raih,
yaitu belajar ngelmu
yang bermanfaat dan mampu
menjadi bekal hidup dan sarana
untuk mencapai
keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan alam
kelanggenggan nantinya.
SIKAP ELING LAN WASPADA
Sarana utama untuk dapat mencapai
ilmu makrifat, maka seseorang
harus melandasi
dirinya dengan sikap : eling,
waspada, mbekas kahardaning
driya. Pujangga besar R.
Ranggowarsito dalam Serat
Kalatidha, bait ke-7 Tembang Sinom
menyatakan :
Amenangi jaman edan, Ewuh Oyo
ing Pambudi
Melu edan ora tahan, yen tan melu
anglakoni,
Boya kaduman melik, kaliren
wekasanipun
Dilalah kersaning Allah, Sak begja-
bejane wong kang lali
Luwih begja wong kang eling lan
waspada.
Terjemahan bebas :
Suatu hari nanti akan datang jaman
edan yang serba sulit dalam
menjalani hidup
Kebanyakan orang akan menjadi
‘ gila/lupa diri’ karena tak tahan
menghadapi godaan,
sebab kalo nggak ikut2an gila maka
mereka nggak akan mendapat
bagian dan mereka
merasa was-was ketakutan akan
berakhir tragis dengan mati
kelaparan. Orang2 yang ‘gila/
lupa diri’ ini tak akan segan dan
sungkan melakukan manuver licik,
sadis dan bengis
menindas sesamanya (korupsi,
manipulasi, kolusi, nepotisme, dll),
mereka akan
menghalalkan segala cara untuk
mewujudkan ambisi dan
memuaskan hawa nafsunya.
Tetapi sesungguhnya takdir dan
kehendak Allah akan membuktikan
bahwa sebahagia-
bahagianya orang yang ‘gila/lupa
diri’ tidak akan sebahagia orang
yang selalu eling ‘ingat’
dan waspada.

kodam

Apa ada akibat bila kita
mengamalkan berbagai ajian, seperti
pelet pengasihan, susuk,
menggunakan jimat dan benda-
benda bertuah bagi hidup kita? Apa
sesungguhnya khodam itu?
Pertanyaan yang sering diajukan
pembaca ini sepertinya sederhana.
Namun jawabannya tidak sederhana
dan saya merasa cukup rumit untuk
menjelaskannya dengan bahasa
yang mudah. Sebab akan menjurus
pada hakikat dunia gaib yang susah
dipahami. Namun akan coba
disederhanakan agar bisa diterima
oleh kalangan awam. Kitab suci
menjelaskan bahwa pengetahuan
manusia atas DUNIA GAIB itu sangat
sedikit dan yang mampu
mengenalinya hanya KESADARAN
RUH (DIRI SEJATI/AKU SEJATI) kita.
Namun meski pengetahuan tentang
ruh ini sangat sedikit tidak berarti
manusia tidak boleh tahu apa-apa
tentang seluk beluk dunia gaib ini.
Alat apa pada diri manusia yang
mampu mengenal dunia gaib?
Apakah akal, mata, telinga, kulit,
lidah? Tidak. Jawabnya adalah RUH.
Kenapa manusia cuma diberi sedikit
pengetahuan oleh Tuhan tentang
Ruh? Itu karena Tuhan tidak ingin
menyusahkan manusia. Tuhan
Maha Tahu bahwa manusia
biasanya hanya belajar dengan
menggunakan akal saja. Padahal,
akal/rasio tidak akan mampu
membeber sesuatu yang gaib.
Kecuali merekayasa dan
mengkonstruksikan dugaan-dugaan
itu ke dalam sebuah teori.
Kecenderungan peradaban saat ini
yang dibangun dengan cara berpikir
Barat memang akhirnya membuat
perkembangan ruhani menjadi
mandeg dan mangkrak. Akhirnya,
orang meninggalkan aspek ruhani
yang metafisis. Diganti dengan
aspek gaya hidup pragmatik dan
hedonistik. Maka peradaban saat ini
disebut juga dengan peradaban post
metafisik. Apa yang ada diluar peta
pemahaman akal ditolak mentah-
mentah, padahal bukankah akal itu
hakekatnya adalah metafisik juga?
Coba kita pikirkan hal sederhana
sebagai berikut: Bagaimana jari
tangan kita bergerak? Itu karena
perintah dari pikiran untuk
mengerakkan jari tangan.
Bagaimana perintah pikiran bisa
dibaca dan diterjemahkan oleh jari
tangan kemudian dituruti kehendak
pikiran itu? Dalam khasanah Ilmu
Neurologi kira diberitahu bahwa
perintah dari otak kemudian dibawa
oleh neurotrasmitter yakni
semacam energi biolistrik yang
mampu menggerakkan syaraf-
syaraf jari tangan. Tapi tetap
perintah otak itu sumbernya dari
mana? Nah, kita akhirnya paham
bahwa yang fisik itu dasarnya juga
metafisik.
Seperti juga seutas kabel yang dialiri
energi listrik. Energi listrik tentu saja
tidak bisa dilihat mata dan energi
listrik bisa diketahui keberadaannya
bila dipegang dan kita akhirnya
mengalami “kesetrum”. Pada
kesempatan kali ini, ada baiknya kita
tanggalkan dulu untuk sementara
akal kita. Sebab yang akan kita bahas
adalah RUH (DIRI SEJATI/AKU
SEJATI) YANG MERUPAKAN BAGIAN
PALING INTI SUBSTANSI MANUSIA.
Karena ruh itu tidak bisa dilihat,
maka kita perlu akan menggunakan
pengalaman “kesetrum” tersebut.
Ruh akan nampak jelas saat
seseorang itu meninggal. Apa yang
terjadi saat orang dinyatakan denyut
nadinya tidak lagi bergerak? Maka,
orang itu oleh dokter dinyatakan
telah MATI. Apa yang terjadi saat
jasad fisik kita mati? Yaitu ruh akan
keluar dari fisik dan dia ingat semua
perbuatan yang pernah dilakukan
semasa hidup. Perbuatan yang
pernah dilakukan itu tampak seperti
album foto panorama yang berjejer
bergerak melewati kalbunya. Atau
bahkan tampak seperti sebuah film
otobiografi tentang diri sendiri.
Ingatan yang jadi tajam itu
diperlukan karena rekaman film
tindakan semasa hidup itu memang
ditunggu oleh ruhnya DI ALAM
ASTRAL yaitu alam perpindahan dari
alam bumi/jagad fisik sekarang ini
ke ALAM ALUS –ALAM
KELANGGENGAN– ALAM BARZAKH.
Untuk mempermudah pemahaman,
maka alam berdimensi bumi ini kita
bagi menjadi tiga: ALAM FISIK atau
ALAM BUMI, ALAM ASTRAL: alam
antara fisik dan alam halus sifatnya
sudah gaib. ALAM HALUS: ALAM
GAIB di bumi dibagi menjadi ALAM
BAIK dan ALAM BURUK
ALAM ASTRAL adalah tempat
singgah badan halus manusia sudah
meninggal namun masih melekat
pada ruhnya. Alam astral juga
merupakan alam HUKUM
PANTULAN berlaku. Yaitu alam
bentukan dari perbuatan dan pikiran
manusia yang memantul kemudian
membentuk energi. SAAT
SESEORANG MENJALANI LAKU
UNTUK MENDAPATKAN AJIAN-
AJIAN, MEMBACA MANTRA ATAU
MENGISI KEHENDAKNYA PADA
BENDA DALAM BENTUK SUSUK,
JIMAT ATAU TOSAN AJI (BENDA-
BENDA BERTUAH) MAKA
SESUNGGUHNYA ENERGI
PIKIRANNYA TERPUSAT DAN
MEMBENTUK “BENDA/MATERI” DI
ALAM ASTRAL. INILAH YANG
DIMAKSUD DENGAN KHODAM!!!! Jadi
Khodam bukan entitas makhluk
halus tersendiri. Namun makhluk
halus yang dibentuk oleh kehendak
kita.
DI ALAM ASTRAL INI PULA TEMPAT
KEBERADAAN MAKHLUK HALUS
SEHINGGA SAAT SESEORANG
BERNEGOSIASI/BERDISKUSI
DENGAN MAKHLUK HALUS MAKA
YANG TERJADI ADALAH
SINKRONISASI KEHENDAK ANTARA
MANUSIA DAN MAKHLUK HALUS DI
ALAM ASTRAL.
Alam astral ini sama persis seperti
alam fisik. Itu karena alam astral ini
adalah ALAM TIRUAN DARI ALAM
FISIK. Seperti antara kita dengan
bayangan kita di cermin. Sehingga
apapun perbuatan kita, apakah itu
baik atau buruk akan memantul di
alam astral dan ada akibatnya cepat
atau lambat. Setiap kegiatan dan
kehendak yang kita pantulkan itu
menghasilkan pantulan di alam
astral bahkan hingga jagad halus.
Bedanya, bila di alam fisik kita
sekarang bisa merasakan panas
karena cahaya matahari maka di
alam astral cahaya matahari tidak
memberikan panas pada kita. Di
alam astral juga tidak ada pergantian
siang dan malam.
Alam Gaib terbagi menjadi dua yaitu
ALAM BAIK dan ALAM BURUK.
Kedua alam ini masih ada di bumi.
Di antara dua alam yang mengapit
bumi dari atas dan dari bawah itu
ada alam astral. Digambarkan
dengan sederhana sebagai berikut:
ALAM GAIB BERDIMENSI DUNIA/
BUMI
(1). ALAM GAIB BAIK. Berada di atas
bumi. terdiri dari tujuh sap/tingkat
dari bawah ke atas: 7
ANDRATASAMIRA, 6 KALASUTRA,
5 MAHARAUNNAWA, 4 RAUNAWA,
3 AMBARISHA, 2 MAHAKALA, 1
LOKANTARIKA
(2). ALAM ANTARA atau ALAM
ASTRAL: alam pergantian dari alam
fisik ke alam gaib. Alam ini dihuni
oleh empat jenis makhluk halus
namun jumlahnya tidak terhingga:
keempat jenis itu adalah JIN API
(Salamandala), JIN UDARA
(Gandarwa), JIN AIR (Apsara) dan
JIN TANAH (Yaksa).
(3). ALAM GAIB BURUK berada di
dalam tanah/bumi. Alam ini terdiri
dari atas ke bawah: 1 JAMBU, 2
KASHA, 3 PLAKSHA, 4 SHAMALIA,
5 KRAUNTSHA, 6 SHAKA, 7
PUSKHARA. Di alam GAIB BURUK, di
tingkat 2,3,4 masih terasa cahaya
matahari. Namun tingkat 5,6,7
selalu dalam gelap tanpa cahaya. Ini
beda bila ruh manusia yang
meninggal di alam BAIK. Di alam
BAIK ini, semua lapisan mendapat
cahaya penerangan. Ruh manusia
mendapat tempat yang baik dan
menyenangkan. Ini ruh manusia
yang semasa hidupnya berbuat
baik.
Ruh manusia saat berada di alam
astral tergantung pada
keikhlasannya untuk meninggalkan
dunia. Bila dia ikhlas karena
kemelekatan terhadap dunia ini
sangat ringan, maka ruhnya akan
naik ke alam BAIK. Sebaliknya, bila
hasrat dan keinginan manusia
terhadap dunia ini meluap-luap,
kemelekatannya terhadap dunia
begitu tinggi dan dia belum ikhlas
meninggal dunia maka ruhnya akan
sangat berat hingga masuk ke alam
gaib alam BURUK.
ALAM GAIB BAIK, berada di langit.
Langit dibagi ke dalam dua bagian
utama yaitu langit luar dan langit
dalam. Langit luar masih ada
bentuknya (Rupa), sementara langit
dalam tidak berbentuk (Arupa/ALAM
SUWUNG). Langit yang masih ada
bentuknya itu dihuni oleh para
malaikat sementara langit tidak
bebentuk itu dihuni oleh para Nabi,
Utusan Tuhan dan juga manusia-
manusia terpilih yang dikasihi
Tuhan. Di langit berbentuk ini ada
Ruh tertinggi yang mengatur yang
alam semesta fisik dan metafisik.
Sementara di langit yang tanpa
bentuk ada juga ruh tertinggi yang
mengendalikan semuanya.
ALAM GAIB SEJATI BERDIMENSI
AKHIRAT
Ada lagi alam gaib setelah dimensi
bumi habis. Yaitu selesainya
pergelaran alam semesta fisik dan
metafisik bumi dan diganti alam gaib
berdimensi akhirat. Di alam gaib
akhirat ini adalah pantulan dari alam
gaib berdimensi bumi. Ada Surga/
BAIK dan ada Neraka/BURUK juga.
Ruh Manusia dihisab lagi kemudian
dimasukkan ke dua tempat gaib
terakhir yang abadi. Tidak ada lagi
hukum sebab akibat/sunatullah.
ALAM GAIB AKHIRAT berada di
kegaiban “langit.” Langit dibagi ke
dalam dua bagian utama yaitu langit
luar dan langit dalam. Langit luar
masih ada bentuknya (Rupa),
sementara langit dalam tidak
berbentuk (Arupa, ALAM SUWUNG).
Langit yang masih ada bentuknya
itu dihuni oleh para malaikat
sementara langit tidak bebentuk itu
dihuni oleh para Nabi, Utusan Tuhan
dan juga manusia-manusia terpilih
yang dikasihi Tuhan. Di langit
berbentuk ini ada Ruh tertinggi yang
mengatur yang alam semesta fisik
dan metafisik. Sementara di langit
yang tanpa bentuk ada juga ruh
tertinggi yang mengendalikan
semuanya.
KESIMPULAN:
Dari penjelasan di atas, kita menjadi
tahu bahwa di alam fisik/alam bumi
sekarang ini tidak ada yang bisa
lepas dari HUKUM SEBAB AKIBAT.
Termasuk juga saat ruh kita berada
di ALAM ASTRAL yang merupakan
adalah tempat singgah badan halus
manusia /ruh manusia. Di alam
astral berlaku HUKUM PANTULAN.
Saat seseorang menjalani laku untuk
mendapatkan ajian-ajian, membaca
mantra atau mengisi kehendaknya
pada benda dalam bentuk susuk,
jimat atau tosan aji (benda-benda
bertuah) maka sesungguhnya
energi pikirannya terpusat dan
membentuk “benda/materi” di alam
astral yang disebut dengan
KHODAM. Di alam astral ini pula
tempat keberadaan makhluk halus
tingkat rendah sehingga saat
seseorang bernegosiasi/berdiskusi
dengan makhluk halus maka yang
terjadi adalah sinkronisasi kehendak
antara manusia dan makhluk halus
di alam astral. Dan SINKRONISASI
KEHENDAK INI DIHARAMKAN OLEH
AGAMA. Sebab, kebanyakan
bertentangan dengan hukum sebab
akibat, hukum karma atau
sunatullah. Ada konsekuensi atau
akibat bila kita suka bermain ajian,
menggunakan susuk, jimat atau
tosan aji? Jawabnya mereka akan
susah meninggal dunia. Jangan
heran bila orang yang memasang
susuk di tubuhnya sulit mati. Begitu
juga dengan mereka yang punya
ajian di tubuhnya. Kenapa? Sebab
RUH KITA MASIH MEMILIKI
KEMELEKATAN KEPADA ALAM
NYATA/ALAM BUMI. Apa yang
terjadi bila orang sulit mati? Dia akan
sangat tersiksa karena jasad fisiknya
sudah tidak berdaya dan tubuh ini
hanya bertahan hidup secara
singkat, sementara ruh ingin
terbang menuju alam gaib halus.
Ruh bisa masuk ke alam gaib halus
karena tidak melekat di dunia fisik/
bumi. Ruh yang masih punya
hasrat dan keinginan duniawi bisa
dipastikan akan menangis kesakitan.
Mereka membutuhkan doa agar
Tuhan berkenan mengangkat ruh ini
lepas menuju alam gaib halus.
Maka, akan lebih bijaksana bila kita
semua mempertimbangkan kembali
dampak baik buruk, positif
negatifnya memiliki ilmu-ilmu
supranatural tersebut. Bila dirasa
tidak/kurang bermanfaat jangan
ragu untuk meninggalkan berbagai
ajian bila kita “merasa” tidak
membutuhkannya. Waspadai
dengan adanya niat, kehendak,
pikiran dan amalan buruk yang kita
lakukan sehari-hari. Itu semua akan
mempersulit kita untuk menembus
dimensi gaib yang halus untuk
bersimpuh di “kaki” TUHAN YANG
MAHA HALUS.

ajaran sunan bonang

“Jangan bertanya, Jangan memuja
nabi dan wali-wali, Jangan mengaku
Tuhan, Jangan mengira tidak ada
padahal ada, Sebaiknya diam,
Jangan sampai digoncang oleh
kebingungan …”
Kenapa kita disarankan oleh Sunan
Bonang untuk diam khususnya saat
membicarakan soal-soal
makrifatullah sebagaimana yang
tertera dalam suluk Jebeng? Sebab,
daripada sesat karena bila belum
mengalami sendiri keadaan makrifat,
maka yang biasa terjadi adalah
saling beradu argumentasi untuk
nggolek benere dhewe, nggolek
menange dhewe padahal
kasunyatannya tidak seperti yang
digambarkan masing-masing
orang …
Maka, kita diminta untuk diam dan
suatu saat semoga kita mampu
untuk menyaksikan sendiri dan
membuat kesaksian terhadap
eksistensi-Nya yang maha tidak
terhingga atau diistilahkan oleh
Sunan Bonang sebagai SYAHADAT
DACIM QACIM. Syahadat ini adalah
pemberian Tuhan kepada seseorang
yang diistimewakannya sehingga ia
mampu menyaksikan dirinya
bersatu dengan kehendak Tuhan.
Marilah kita mencebur lebih dalam
hal ini ….
Agama dari langit sudah sangat
lengkap memadukan aspek lahiriah
(syariat/aturan/hukum/fiqih yang
mengikat tubuhnya) dan juga aspek
perjalanan batin manusia menuju
kebersatuan dengan Tuhan Semesta
Alam. Memahami dari aspek lahir
saja, tidak akan mampu
memberikan kedalaman
pengalaman batin manusia.
Sebaliknya, agama yang dipahami
dari sisi batin saja, biasanya
cenderung mengabaikan aturan dan
hukum kemasyarakatan sehingga
bisa jadi dianggap sesat oleh
masyarakat.
Yang ideal memang memahami
agama sebagai jalan yang lapang
menuju Tuhan secara sempurna
dengan tidak mengabaikan salah
satu aspek, apakah itu aspek lahir
maupun aspek batin. Bila aspek lahir
dipelajari dalam disiplin ilmu syariat/
fiqih/hukum serta ilmu logika/
mantiq dan lainnya. Maka aspek
batiniah digeluti dengan pendekatan
ilmu tasawuf. Bila kita belajar ilmu
tasawuf, maka tidak bisa tidak kita
akan mempelajari sejarah tasawuf
dari masa ke masa, riwayat hidup
para sufi dan istilah-istilah ruhaniah
manusia.
Tidak mudah untuk belajar tasawuf.
Berbeda dengan belajar syariat/fiqih/
hukum maupun filsafat yang
dasarnya adalah olah pikir atau
logika, maka tasawuf dasarnya
adalah olah rasa untuk menyelami
sesuatu yang metafisis dan abstrak.
Kita tidak mampu menggali
kedalaman samudera tasawuf jika
tidak menyelami sendiri dimensi-
dimensi batiniah manusia.
Tasawuf bukanlah ilmu yang
teoritis, melainkan praktek (ngelmu)
… . Bisa dengan dzikir sejuta kali di
mulut, bisa juga dengan dzikir
semilyar kali di batin siang malam
tanpa henti …. Ini tidak lain untuk
menghancurkan kerak-kerak hati
yang lalai dan kemudian digelontor
dengan puji-pujian kepada-Nya dan
seterusnya …. Ini hanya satu latihan
ruhani yang harus dilakoni pejalan
mistik saja, substansinya justru
bukan dzikir atau mengingat-Nya
saja. Melainkan bagaimana setelah
mengingat-Nya, dan mendapatkan
kesaksian akan kebenaran absolut-
Nya, seseorang itu kemudian
mampu berbuat sesuatu sesuai
dengan iradat-Nya!!!
Dimensi batiniah manusia bisa
diketahui dari bagaimana seseorang
itu menempuh jalan spiritual yang
melewati melalui berbagai tahapan
(maqom). Dalam setiap tahapan,
seseorang akan mengalami keadaan
ruhani tertentu, sebelum akhirnya
penglihatan batinnya terbuka terang
benderang yang dalam khasanah
tasawuf disebut disebut makrifat
secara mendalam tanpa keraguan.
RASA BATIN yang sering disebut
dalam tasawuf yang ialah: • tahap
pertama WAJD (EKSTASE seperti
Musa AS), selanjutnya • DZAUQ
(RASA MENDALAM terhadap
kehadiran-Nya), • kemudian SUKUR
(KEGAIRAHAN MISTIS untuk
bermesraan dengan-Nya), •
berlanjut ke perasaan FANA atau
menghilangnya diri yang benda
lahir, • BAKA (kekekalan di dalam
Dzat-Nya kemudian • FAKIR.
Apa itu FAKIR? yaitu adalah keadaan
ruhani dimana pejalan spiritual
menyadari bahwa manusia
sebenarnya tidak memiliki apa-apa,
kecuali dimiliki-Nya. Seorang fakir
tidak memiliki kemelekatan lagi
kepada segala sesuatu kecuali
Tuhan. Ia bebas dari kungkungan
diri jasmani dan kebendaan. Namun
demikian, dia tetap tidak melepaskan
tanggung jawabnya sebagai khalifah
di muka bumi. Inilah esensi Tauhid:
Yaitu Tiada Tuhan Selain Allah…
Kita bisa memahami bagaimana
hakikat kefakiran itu dari apa yang
disampaikan para pejalan spiritual.
Sekarang, marilah kita sedikit
membuka berbagai karya para
pejalan spiritual yang disebut Suluk
yaitu satu jenis hasil olah rasa
berbentuk prosa atau puisi yang
dibuat kaum mistikus Jawa, yang
berisi pengalaman perjalanan ruhani
saat bercinta dengan Dzat-nya.
Karya Sunan Bonang yang penting
untuk menggali bagaimana keadaan
atau suasana kesadaran tertinggi
kaum sufi yaitu SULUK GENTUR.
Gentur berarti teguh dan giat, yaitu
sebuah bentuk aktivitas ruhanian
yang paling sempurna. Di suluk itu
digambarkan bahwa seorang
penempuh jalan tasawuf harus
melaksanakan SYAHADAT DACIM
QACIM. Syahadat ini berupa
KESAKSIAN DALAM DIAM, TANPA
BICARA. NAMUN BATINNYA
MEMBERIKAN KESAKSIAN BAHWA
EKSISTENSI DIRINYA ADA KARENA
ADA-NYA.
Permisalan yang mudah adalah
persenyawaan antara dua dzat.
Salah satu dzat tidak akan otomatis
hilang, namun masing-masing
berdiri sendiri. sebagaimana Kawulo
tetap kawulo dan Gusti tetap Gusti.
Yang lenyap dalam persenyawaan
dua dzat itu hanyalah kesadaran
sang kawulo akan keberadaannya
yang TIDAK ADA.
Dalam suluknya ini Sunan Bonang
juga mengatakan bahwa pencapaian
tertinggi seseorang ialah ‘keadaan
dapat MERASAKAN DALAM
BATINNYA kebenaran hakiki
sebagaimana dalam kitab suci:
“ SEGALA SESUATU BINASA
KECUALI WAJAH-NYA”.
Bonang dalam suluknya ini
berpesan bahwa, bahwa Hati yang
merupakan “RUMAH/DALEM/AKU-
NYA TUHAN”. Kehadiran-Nya bisa
dirasakan bila hati itu ikhlas, nrimo
dan sumarah. Di dalam hati yang
seperti itu, antara Kawulo dan Gusti
lenyap. Yang terasa adalah
kesadaran bahwa sejatinya manusia
(obyek) selalu diawasi oleh Tuhan
(subyek), yang menyebabkan dia
tidak lalai sedetikpun kepada Nya.
Dan terakhir, ….Bonang berpesan:
“Pencapaian sempurna bagaikan
orang yang sedang tidur dengan
seorang perempuan, kala bercinta…
Mereka karam dalam asyik, terlena
hanyut dalam berahi … Anakku,
terimalah dan pahami dengan baik.
Ilmu ini memang sukar dicerna …”
D

seks dan mistik

Seks adalah sesuatu tindakan yang
magis. Sebab pada hakikatnya
perilaku seks adalah mengelola
energi universal, energi alam dan
energi individu. Ketika kita berbicara
tentang seks yang mistis, kita
berbicara tentang pengetahuan
menggunakan energi seksual dalam
diri kita agar mampu kita menej
untuk bersatu dengan Ilahi.
Ada beberapa kunci dalam hal ini,
dan kunci itu adalah mengakui
bahwa kita adalah seks. Perasaan
seksual itu bukan sesuatu yang
terpisah. Seks adalah diriku dan
diriku adalah seks. Marilah kita kaji
hubungan intim antara seksualitas
dan ekstase mistik. Kesenangan
seksual sesungguhnya selalu
bersifat ruhani. Tetapi budaya kita
telah menyempitkan makna seks itu
ke satu tindakan reproduksi,
mekanistis, kadang-kadang hanya
untuk menuruti hasrat kelamin dan
sangat sedikit kasus, dengan
kenikmatan yang luar organik,
hingga mencapai tahap emosional,
dan seterusnya.
Untuk para mistikus, seks adalah
seni puisi, musik, ekstasi,
pengabdian, ibadah, dan
kepasrahan. Bagi kalangan mistikus,
kuncinya adalah bagaimana mampu
mengelola energi seksual. Dalam
energi itu terletak gambaran dan
citra diri ideal, pria dan wanita yang
sempurna. Termasuk juga orang-
orang suci.
Banyak dari kita sudah tahu jika seks
sebenarnya sesuatu yang harus
disinari dengan kebijaksanaan. Di
dalam hubungan seks, sering terjadi
pengalaman yang ajaib, mistis dan
artistik. Kita bisa mulai menghargai
keindahan tubuh pasangan sebagai
manifestasi Kemahasempurnaan
Ilahi, sebagai ungkapan dari batin
yang terdalam. Perempuan kita
menghadirkan Tuhan di dekat kita.
Dan Tuhan akan mengekspresikan
kekuatan internal bahwa manusia
ada dalam jangkauan-Nya.
Kesenangan seksual pada hakikatnya
adalah momen terbesar yang
intensif yaitu saat ruh kita dan Ilahi
menyatu dalam manifestasi fisik.
Pengetahuan tentang seks yang
magis ini dalam sejarah telah
diajarkan secara rahasia di kuil-kuil
ibadah. Seks oleh sebab itu
merupakan sebuah seni yang
menekankan pentingnya eksistensi
subjek, dan yang harus ditangani
secara serius agar tercapai
kesempurnaan. Sangat disayangkan
bila seks hanya dimaknai secara fisik
biologis belaka. Bila ini terjadi, kita
hanya menjadi pesenam seks. Seks
sejati adalah memasukkan kepekaan
batin untuk saling merangsang
pintu-pintu energi supranatural.
Untuk melakukan seks yang
bermutu tersebut, kita harus
mengubah cara kita berpikir dan
merasa. Manusia modern, dan
khususnya yang tinggal di Barat,
perlu memodifikasi struktur
pemikirannya dan perasaan untuk
masuk ke dalam dunia batin, di
mana terletak hakikat pengetahuan
dan pengalaman langsung untuk
bermesraan dengan Ilahi.
Pengalaman langsung tidak
memerlukan evaluasi, atau
argumen, tidak memihak, tetapi
integrasi sistem ruhani kita. Ide yang
absurd bila hubungan seksual hanya
linier, di mana masing-masing
pasangan mencari sesuatu yang
disebut ORGASME. Tapi yang perlu
diingat bahwa sesungguhnya
momen kegembiraan terbesar
dalam pengalaman seks adalah
mencapai yang tidak terbatas, dan
yang tidak bisa dimaknai oleh kata-
kata. Inilah kenikmatan seksual
sesungguhnya. Ecstase adalah
pengalaman berkomunikasi dengan
sesuatu yang mistis dalam satu
waktu. Seks dan Ekstase adalah dua
sisi dari hal yang sama. Energi yang
diproduksi ekstasi seksual adalah
sama dengan energi yang yang
mengarah pada ekstase mistik.
Di atas telah disinggung bahwa
energi seksual adalah gambar
kesempurnaan kita, sebagai
manusia yang dalam tradisi mistik
Kabbalah disebut “Adam Kadmon.”
Sehingga sangat bijaksana bila kita
tidak membuang percuma energi
seksual, dan memaknai seks sebagai
bentuk kendaraan batin menuju ke
yang lebih tinggi hingga tumbuh
kesadaran dari dalam tubuh bagian
dalam (batin dan ruh kita).
Setelah mengetahui dan memasuki
tubuh batin ini, seorang yang
bermain seks akan memasuki
dimensi universal kehidupan umat
manusia secara keseluruhan yang
sama sekali tak dikenal sebelumnya.
Namun kristalisasi manusia baru ini
adalah semua ciptaan, ciptaan yang
menyerupai pembentukan alam
semesta, karena kita adalah alam
semesta.
Pengalaman seksualitas sebagai
penggabungan ruh menjadi satu
ruh dengan pasangan kita
memungkinkan kita untuk
bergabung dengan “batin” / rasa
pangrasa Tuhan. Yang Maha Batin.
Kita akan terbang menuju alam
keabadian. Kuncinya adalah tidak
hanya menyalurkan energi ke
dalam, tetapi membutuhkan kondisi
yang berbeda dari pikiran sehari-
hari. Jadi kita bicara tentang
perubahan memaknai kembali
pikiran dan perasaan.
Hal ini juga mensyaratkan bahwa
kita mengasihi dengan pasangan,
karena seks bukan senam seksual.
Dalam khasanah Yoga, hubungan
seks berarti kita sedang bekerja
sama dengan “ular suci dan Ibu
Kundalini”, yang bersemayam di
dalam tulang ekor, cakra dasar,
sehingga kita merasakan panggilan
dari Yang Maha Mutlak untuk
manunggaling Kawulo lan Gusti.
Jadi kita perlu menekankan bahwa
seks tidaklah melepas energi seksual
secara gegabah. Seks bukanlah
hanya memasukkan alat kelamin ke
pasangan sebagaimana pandangan
orang Barat yang tidak meyakini
adanya ruh dan tidak yakin adanya
Tuhan. Jadi tidak salah bila disebut
bahwa orang Barat sebenarnya tidak
mengetahui apa hakikat orgasme.
Yang mereka ketahui hanyalah
perasaan menyenangkan pasca-
orgasme.
Sementara bagi orang Timur seperti
kita yang percaya bahwa ada
sesuatu yang lebih mulia, orgasme
dan pengalaman ekstasi adalah
sama. Seorang pria merasa lega
yang dihasilkan ketika energi yang
diblokir kemudian dilepaskan. Setiap
energi yang diblokir itu dilepaskan
yang memproduksi kesenangan,
dan oleh karena itu diterima dengan
sukarela, tetapi di sini kita berusaha
untuk masuk lebih dalam, untuk itu
akar persatuan dengan-Nya, di
mana kita bisa berbagi perasaan
ekstasi dengan-Nya.
Maka tidak salah bila dikatakan
bahwa seks tidak boleh hanya
dimaknai sebagai berejakulasi, atau
mempertahankan air mani, tetapi
yang lebih penting adalah sikap
internal (batin) yang memungkinkan
kita menggabungkan dengan semua
unsur di alam semesta.. Mengubah
air mani menjadi energi kreatif,
menghaluskan, memperkokoh
tulang belakang, mengisi aura
dengan percikan bunga api Ilahi
untuk memulai proses penciptaan
alam semesta. Pengaturan seks
yang sesuai dengan ajaran agama
ini membawa kita untuk
mengkristalkan tubuh astral agar
bercahaya.
Tubuh astral ada atas, tengah, dan
bawah. Badan-badan ini sudah
merupakan desain kodrat energi
seksual pada diri manusia. Ketika alat
kelamin terbangun maka kita telah
memulai regenerasi dan
pembentukan badan-badan astral
ini. Dalam sebuah tindakan seksual,
masing-masing mitra gaib ini
menjadi magnet. Pleksus adalah
beban yang kemudian akan
meningkatkan pertukaran sentuhan.
Penting mencapai eksitasi agar kita
mampu menghaluskan jiwa dan
membuka pikiran ke kuasa ruh Ilahi
sehingga Dia mulai mengisi energi
batin pada masing-masing
pasangan.
Pembukaan emosional akan
menempatkan hubungan seks yang
menggairahkan. Ini adalah pintu
gerbang ke alam surga. Perasaan ini
adalah makanan ruhani dan
kebutuhan jiwa yang akan menjadi
energi terbesar menghadapi hidup
di alam nyata. Seseorang harus
mencapai orgasme saat melakukan
hubungan seksual tak kenal lelah
dengan didahului dengan
rangsangan refleks belaian, penuh
kasih dan lembut.
Pemeliharalah hal ini dan singkirkan
pikiran seks yang seperti hewan.
Pertahankan seks sebagai hal yang
murni spiritualitas, seolah-olah
tindakan seks itu adalah upacara
keagamaan yang sejati. Di saat
memasukkan penis dia harus
menjaga agar si perempuan
mengalami rasa batin yang tertinggi,
penuh kegembiraan hingga batin
terasa kejang. Namun jangan
langsung ejakulasi. Tahan dulu
dengan sabar dan ikhlas.
Dengan cara ini kita semakin ingin
membelai pasangan. Ini dapat
diulangi sebanyak yang Anda
inginkan tanpa pernah terjadi
kelelahan, karena pasangan adalah
kunci ajaib untuk diremajakan setiap
hari, menjaga tubuh tetap sehat dan
agar mampu memperpanjang
hidup, karena itu adalah sumber
kesehatan dengan magnetisasi
konstan.
Inilah pengetahuan tentang seks
yang batiniah; “Seks magis antara
suami dan istri didasarkan pada
unsur potensi seks. Ada hormon
paten atau vitamin yang diperlukan
untuk hidup, tapi benar perasaan
kau dan aku, dan oleh karena itu
pertukaran yang paling baik adalah
adanya pertukaran rasa afektif erotis,
antara pria dan wanita. Campuran
cerdas kerinduan seksual dengan
antusiasme ruhani, datang seolah-
olah oleh sihir, kesadaran magis.
Inilah jalan rahasia yang mengarah
untuk pelepasan ruh.”
Memang seseorang awalnya cukup
kesulitan belajar Seksual Magis
seperti ini. Tidaklah mudah belajar
tentang seks magis. Maka wilayah
yang paling sensitif yang berupa
saraf mengalir dan beberapa
pengaruh bawah sadar, dan sadar
sesungguhnya tergantung pada
suasana jiwa kita. Organ intim yang
berupa “lilin” astral ini benar-benar
bebas dari segala macam
kemunafikan, kefanatikan,
penolakan, dan devaluasi hidup.
Kesimpulannya: “Cinta adalah kunci
yang membuka pintu surga.
Minimalkan kerugian dengan
menganggap seks itu hanya sekedar
rekreasi (hiburan) dan prokreasi
(mendapatkan keturunan). Seks
sesungguhnya adalah kehangatan
energi cinta ilahi yang sempurna
yang mengejawantahkan diri kita
menjadi manusia sejati. Maka, Seks
itu Suci. Yaitu pengelolaan sadar
energi seksual untuk membuka jalur
ruhani menuju ruh alam semesta
dan jalur ruhani bebas hambatan
menuju Ilahi ”

TUHAN ASAL SEMUA ENERGI

Inti kekuatan batin bisa dijelaskan
sebagai berikut.
1. TUHAN ASAL SEMUA ENERGI. Inti
kekuatan batin yang pertama adalah
Pemberian Tuhan. Dialah sumber
dari segala sumber energi, tenaga
dan kekuatan. Sumber energi dan
kekuatan yang lain itu hakekatnya
berasal dari Tuhan Yang Maha Kasih
dan Sayang. Dia adalah sumber dari
semua sumber apapun di alam
semesta. Dibutuhkan keyakinan
yang mendalam untuk mengakui
bahwa Tuhan adalah satu-satunya
sumber kekuatan ini. Dari mana asal
keyakinan? Asalnya tetap yaitu dari
Pemberian Tuhan. Maka, jika Anda
sudah memiliki “keyakinan” maka itu
artinya Tuhan sudah memberikan
anugerah kekuatan batin yang perlu
dirawat, dijaga dan diitingkatkan.
Maka, langkah pertama bila ingin
memiliki batin yang sangat kuat
maka mintalah kepada Tuhan
dengan sungguh-sungguh.
2. PASRAH/SUMELEH/SUMARAH
PADA-NYA. Inti kekuatan batin yang
kedua adalah kepasrahan total pada
kehendak-Nya. Apabila Anda terus
menerus berkomunikasi dengan
Tuhan, maka Anda akan menerima
dengan senang hati dan ikhlas
semua pemberian-Nya. Senang,
susah, derita, bahagia, sedih duka
lara nestapa maupun senyum akibat
musibah maupun berkah
hendaknya diterima dengan
kepasrahan. Kepasrahan adalah
usaha aktif mental dan batin kita
untuk mengakui Kemahakuasaan
Tuhan. Ya, langkah kedua bila ingin
memiliki batin yang sangat kuat
maka pasrah saja kepada Tuhan
dengan sungguh-sungguh pasrah.
3. USAHA AKTIF BATIN UNTUK
MERANCANG RENCANA BERSAMA
SANG MAHA INSINYUR YAITU
TUHAN: VISUALISASI.
Inti kekuatan batin ketiga adalah
visualisasi. Visualisasi hakikatnya
adalah melanjutkan usaha aktif batin
dengan cara membayangkan
sesuatu yang belum ada menjadi
ada dan hadir nyata berada di depan
kita. Visualisasi adalah kekuatan
pikiran kita untuk merancang
sebuah karya bersama-sama Sang
Maha Insinyur yaitu Tuhan. Kita
bersama-sama dengan Tuhan
seakan menggambar obyek-obyek
berdasarkan atas apa yang sudah
kita lihat dan berdasarkan atas apa
yang kita alami sehari-hari.
Visualisasi memberikan pengaruh
sangat kuat terhadap kegagalan dan
keberhasilan usaha meraih
keinginan. Ketika otak kita
membangun bayangan tentang
sesuatu yang ingin dicapai, maka
kita sesungguhnya tengah
membangun sebuah gedung di
alam kenyataan. Harap diketahui
bahwa otak kita sesungguhnya
adalah insinyur batiniah yang akan
mewujudkannya dalam realitas.
Jaringan sel dalam otak ini akan
mampu mendorong kita untuk juga
meraih kesempurnaan kenyataan.
Bagaimana melakukan visualisasi?
Pertama adalah, memperjelas
keinginan atau tujuan yang ingin
dicapai. Keinginan yang ingin kita
raih harus bersifat spesifik. Misalnya:
Anda membayangkan ingin
memiliki isteri cantik. Kemudian
mulailah melakukan visualisasi pada
saat Anda sedang santai. Kenapa
santai? Karena di saat santai dan
rileks, gelombang otak kita
memasuki stage alfa teta. Ini akan
membuat otak anda lebih mudah
untuk menggambar kenyataan.
Kedua fokus pada tujuan sedetail
mungkin. Bayangkan warna, detail,
bentuk, dimana, kapan, bayangkan
pula suasana dan situasi saat Anda
memiliki isteri cantik. Ketiga, libatkan
emosi anda sekuat-kuatnya.
Bagaimana rasanya mampu
mendapatkan isteri cantik dengan
sempurna? Bagaimana rasanya bisa
benar-benar memiliki isteri yang
cantik. Menyertakan perasaan dan
emosi akan memperkuat sistem
“ cara kerja yang sistematis” dalam
otak yang merupakan desain
kenyataan. Selanjutnya lakukan
visualisasi berulang-ulang.
4. DOA. Inti kekuatan batin keempat
adalah doa. Doa adalah adalah
kalimat afirmasi/penegasan yang
diulang-ulang dan nyaris monoton.
Hakekat doa adalah sebuah
kesaksian kita di depan Sang Hakim,
yaitu Tuhan. Kata-kata afirmasi yang
membentuk kalimat “khusus” yang
akan memunculkan energi gaib
yang luar biasa dahsyat. Kata akan
menjadi mantra yang mampu
menghimpun semua daya yang ada
di alam semesta untuk menyatu dan
mengarah pada obyek doa. Mantra
itu ibarat sinar laser yang terkumpul
dari jutaan, milyaran bahkan
trilyunan energi menjadi satu garis
energi yang mampu menembus
baja tebal.
Doa atau mantra yang merupakan
energi spiritual kemudian akan
memunculkan energi fisik yang luar
biasa. Energi itu berwujud dan
berbentuk macam-macam. Di Jawa,
kita mengenal beragam bentuk
energi yang bisa dikenali dari
warnanya. Energi yang ada di alam
berasal dari semua elemen
pembentuknya, misalnya dari
Cahaya, Api, Air, Angin, Tanah dan
seterusnya. Tuhan juga membentuk
semua yang ada di alam semesta ini
dari elemen-elemen tersebut.
Manusia diciptakan dari tanah,
malaikat diciptakan dari cahaya, jin
dari api, begitu pula dengan hewan
di hutandan tumbuhan serta segala
sesuatu yang ada di bumi ini
diciptakan Tuhan dari unsur-unsur
di dalam bumi sendiri.
Doa yang kita panjatkan akan
memproses delapan zat yang ada di
alam (permata, emas, perak, timah,
tembaga, besi, garam, belerang).
Doa yang dipanjatkan untuk
kemuliaan hidup dunia akan
memproses saripati emas dan
tembaga menjadi cahaya gaib yang
dinamai “Pulung” , bercahaya warna
biru kehijau- hijauan, turun kepada
manusia yang berbudi mulia,
mempunyai watak welas asih.
Doa yang dipanjatkan untuk
kemuliaan hidup di akhirat akan
memproses saripati saripati perak
dan timah, menjadi cahaya gaib
yang dinamai “Wahyu” , bercahaya
warna putih kekuningan, turun
kepada manusia yang berhati
bersih, berwatak tanpa pamrih,
berbudi pada sikapnya.
Doa yang dipanjatkan untuk
mencapai kepemimpinan akan
memproses saripati emas, perak
dan besi, menjadi cahaya gaib yang
dinamai “Daru” , bercahaya warna
kuning besar seukuran buah kelapa,
turun kepada manusia yang berhati
bersih, sabar, tawakal, berjuang
demi sesama, dan bersikap adil
paramaarta.
Doa yang dipanjatkan untuk
kehancuran makhluk-Nya akan
memproses saripati timah, tembaga
dan besi, menjadi cahaya gaib yang
dinamai “Teluh”, bercahaya warna
merah keunguan, turun kepada
manusia yang asusila, jail, ugal
ugalan, tidak mengerti hakekat benar
dan salah.
Doa yang dipanjatkan untuk
menuruti kesenangan hidup dunia
dan akhirat akan memproses
saripati besi, garam dan belerang,
menjadi cahaya gaib yang dinamai
“ Guntur” , bercahaya warna ungu
gelap, turun kepada manusia yang
hanya menuruti hawa nafsu,
angkara murka, dan tidak
bersyukur.
Bagi para pejalan spiritual, yang
perlu diketahui bahwa setiap
pengharapan yang ada di hati kita
merupakan doa. Itu adalah wujud
kasih sayang Tuhan sang Pencipta
yang maha mendengarkan setiap
keinginan dan harapan manusia.
Benar bila dikatakan bahwa manusia
adalah makhluk yang paling
sempurna diantara makhluk lain
ciptaan-Nya, sebab dia diberi budi
luhur yang lebih sempurna. Oleh
sebab itu, manusia wajib
mengetahui akan hakekat
kemanusiaannya sehingga dia
mengerti akan sangkan paraning
dumadi.
5. METODE ATAU CARA. Ini adalah
kunci terakhir inti kekuatan batin.
Kekuatan Batin bisa dicapai dengan
banyak metode atau cara. Kita
mengenal ribuan metode atau cara
untuk menggali kekuatan batin yang
tersembunyi pada diri manusia. Di
India, kita mengenal tradisi Yoga, di
Barat kita mengenal tradisi
meditation, di Indonesia kita
mengenal semedhi, maladehing,
manekung, maneges. Di negara-
negara arab, kita mengenal tradisi
bertahanut dan seterusnya. Cara
boleh berbeda namun semuanya
bermuara pada inti yang sama; yaitu
bagaimana kita memfokuskan
keinginan agar nyambung dan
menyatu dengan iradat-Nya.